PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)
2.1.1
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Menurut American
Dietetic Association (2006), PAGT adalah metoda pemecahan masalah yang
sistematis, yang mana dietisien professional menggunakan cara berfikir
kritisnya dalam membuat keputusan untuk menangani berbagai masalah yang
berkaitan dengan gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang efektif dan
berkualitas tinggi (Sumapradja dkk, 2011).
Proses asuhan gizi hanya
dilakukan pada pasien/klien teridentifikasi resiko gizi atau sudah malnutrisi
dan membutuhkan dukungan gizi individual. Identifikasi resiko gizi dilakukan
melalui skrining/penapisan gizi, dimana metodenya tergantung dari kondisi dan
fasilitas setempat. Misalnya menggunakan Subjective Global Assessment (SGA) (Sumapradja dkk, 2011).
Pasien
Masuk
Monitoring
dan Evaluasi
Pengkajian Gizi:
-Riwayat diet
-Antropometri
-Laboratorium
-Klinis-fisik
-Riwayat Pasien
Skrining
Gambar 3. Alur dan Proses Asuhan Gizi Terstandar
Pasien
Masuk
|
Monitoring
dan Evaluasi
|
Pengkajian Gizi:
-Riwayat diet
-Antropometri
-Laboratorium
-Klinis-fisik
-Riwayat Pasien
|
Skrining
|
Diagnosis
Gizi:
-Problem
-Etiologi
-Sign/
Simptoms
|
Pasien
Keluar
|
Tujuan
tidak Tercapai
|
Intervensi
Gizi:
-Perencanaan
-Implementasi
|
Sumber : Sumapradja,
dkk. 2011
|
Tujuan
tercapai
|
Stop
|
Kegiatan dalam PAGT
diawali dengan melakukan pengkajian lebih mendalam. Bila masalah gizi yang
lebih spesifik telah ditemukan maka dari data objektif dan subjektif pengkajian gizi dapat ditentukan, penyebab,
derajat serta area masalahnya. Berdasarkan fakta tersebut ditegakanlah diagnosa gizi kemudian ditentukan rencana intervensi gizi
untuk dilaksanakan berdasarkan diagnosa gizi yang terkait. Kemudian monitoring dan
evaluasi gizi dilakukan setelahnya untuk mengamati perkembangan dan respon
pasien terhadap intervensi yang diberikan. Bila tujuan tercapai maka proses ini
dihentikan, namun bila tidak tercapai atau terdapat masalah gizi baru maka
proses berulang kembali mulai dari pengkajian gizi yang baru (Sumapradja dkk, 2011).
Proses asuhan gizi
terstandar merupakan siklus yang terdiri dari langkah yang berurutan dan saling
berkaitan yaitu:
1.
Pengkajian
gizi
2.
Diagnosa gizi
3.
Intervensi
gizi
4.
Monitoring
dan evaluasi gizi
(Sumapradja dkk, 2011).
Pengkajian
gizi merupakan kegiatan mengumpulkan, mengintegrasikan dan menganalisis data
untuk identifikasi masalah gizi yang terkait dengan aspek-aspek asupan zat gizi dan makanan serta aspek
klinis dan perilaku lingkungan yang disertai penyebabnya. Langkah
pertama PAGT ini merupakan proses yang dinamakan proses berkelanjutan, bukan
hanya pengumpulan data awal tetapi merupakan pengkajian dan analisis ulang
kebutuhan pasien. Langkah ini merupakan dasar untuk menegakkan diagnosis gizi. Data
individual yang diperoleh langsung dari pasien/klien melalui wawancara,
observasi dan pengukuran ataupun melalui petugas kesehatan lain atau institusi
yang merujuk; rekamedis atau pemeriksaan laboratorium. Sementara untuk data
kelompok (masyarakat) diperoleh melalui berkas dan administrasi serta data
penelitian dan epidemiologi. Pengelompokan
data pengkajian gizi awal, terdiri dari:
a.
Data
antropometri
b.
Data
biokimia
c.
Data
fisik dan klinis
d.
Data
riwayat gizi dan makanan
e.
Data
riwayat personal pasien
(Sumapradja dkk,
2011).
Langkah diagnosa gizi ini merupakan langkah kritis menjembatani antara
pengkajian gizi dan intervensi gizi. Identifikasi masalah, penyebab dan hasil
pengkajian gizi masalah tersebut. Melalui langkah ini, dietisien diarahkan
untuk membuat prioritas dalam pelaksanaan intervensi gizi. Diagnosis
gizi adalah kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama masalah gizi yang actual
dan atau beresiko menyebabkan masalah menanganinya secara mandiri. Diagnosis
gizi diuraikan atas komponen masalah gizi (problem),
penyebab masalah (etiologi) serta tanda dan gejala adanya masalah (sign & symptoms) (Sumapradja dkk, 2011).
Masalah gizi
(problem) mengggambarkan masalah gizi pasien, dimana ahli gizi bertanggung jawab
secara mandiri untuk memecahkannya. Maka dibuat :
a. Tujuan dan target intervensi gizi
yang lebih realistis dan terukur.
b. Menetapkan prioritas intervensi atau
penanganan gizi.
c.
Memantau
dan mevaluasi perubahan yang terjadi setelah intervensi
(Sumapradja dkk, 2011).
Penyebab masalah
(etiologi) merupakan faktor
penyebab yang memiliki kontribusi penyebab terjadi masalah. Penyebab dapat
berkaitan dengan faktor
fisiologis, sosial,
lingkungan dan prilaku. Tanda
dan gejala ada masalah (sign dan simptom) menunjukkan
keadaan pasien, sign umumnya menunjukkan data objektif sementara simptom merupakan data subjektif. Sign
dan simptom merupakan
dasar monitoring dan evaluasi (Sumapradja dkk,
2011).
Penulisan diagnosis gizi disusun dengan urutan : Problem (P), Etiologi
(E), Sign/Simptoms (S).
(P) berkaitan dengan (E) ditandai dengan (S)
|
Diagnosis gizi berbeda dengan diagnosa medis
baik dari sifatnya maupun cara penulisannya. Diagnosis gizi dapat berubah
sesuai dengan respon pasien, khususnya terhadap intervensi gizi yang dilakukan.
Pengelompokan diagnosis gizi: domain asupan, domain
klinis, domain perilaku
lingkungan (Sumapradja dkk, 2011).
Intervensi adalah
serangkaian aktivitas spesifik dan berkaitandengan penggunaan bahan untuk
menanggulangi masalah. Aktivitas ini merupakan tindakan yang terencana secara
khusus dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien, klien atau kelompok.
Pemilihan intervensi gizi ditentukan oleh diagnosa gizi dan dapat menentukan
dampak intervensi yang akan diukur dan dievaluasi kemudian. Semua tindakan
intervensi dilakukan berdasarkan prinsip ilmiah dan rasional bila memungkinkan
dibuat berdasarkan bukti penilitian (Sumapradja dkk,
2011).
Pelaksanaan
intervensi dimulai dengan menetapkan tujuan, prinsip, macam diet, serta syarat
diet. kemudian melakukan perhitungan kebutuhan enegi dan zat gizi serta
menyusun menu dan waktu makan pasien (Sumapradja dkk, 2011).
Monitoring
dan evaluasi gizi dilaksanakan untuk mengukur keberhasilan dari pemberian
intervensi selama implementasi yang dilakukan. Jika tujuan tercapai, pasien
diperbolehkan untuk pulang. Namun jika tujuan masih belum tercapai maka pasien
kembali ke tahapan pengkajian gizi ulang atau kembali ke tahapan sebelumnya
sehingga tujuan intervensi tercapai dan terlaksanakan (Sumapradja
dkk, 2011).
boleh minta share form asuhan gizi..??? makacih ya
ReplyDeleteboleh minta share form asuhan gizi..??? makacih ya
ReplyDelete@Pkm Balongbendo sudah saya share di http://dhechicetia.blogspot.co.id/2016/08/formulir-asuhan-gizi.html
ReplyDeletemantap
ReplyDelete