Thursday, January 1, 2015

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)



PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)


2.1.1 Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)           
Menurut American Dietetic Association (2006), PAGT adalah metoda pemecahan masalah yang sistematis, yang mana dietisien professional menggunakan cara berfikir kritisnya dalam membuat keputusan untuk menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang efektif dan berkualitas tinggi (Sumapradja dkk, 2011).
Proses asuhan gizi hanya dilakukan pada pasien/klien teridentifikasi resiko gizi atau sudah malnutrisi dan membutuhkan dukungan gizi individual. Identifikasi resiko gizi dilakukan melalui skrining/penapisan gizi, dimana metodenya tergantung dari kondisi dan fasilitas setempat. Misalnya menggunakan Subjective Global Assessment (SGA) (Sumapradja dkk, 2011).

 


Pasien
Masuk

Monitoring dan Evaluasi

Pengkajian Gizi:
-Riwayat diet
-Antropometri
-Laboratorium
-Klinis-fisik
-Riwayat Pasien

Skrining
Gambar 3. Alur dan Proses Asuhan Gizi Terstandar


Diagnosis Gizi:
-Problem

-Etiologi

-Sign/
Simptoms

Pasien Keluar

Tujuan tidak Tercapai

Intervensi Gizi:
-Perencanaan
-Implementasi


Sumber : Sumapradja, dkk. 2011

Tujuan tercapai

Stop
 











Kegiatan dalam PAGT diawali dengan melakukan pengkajian lebih mendalam. Bila masalah gizi yang lebih spesifik telah ditemukan maka dari data objektif dan subjektif pengkajian gizi dapat ditentukan, penyebab, derajat serta area masalahnya. Berdasarkan fakta tersebut ditegakanlah diagnosa gizi kemudian ditentukan rencana intervensi gizi untuk dilaksanakan berdasarkan diagnosa gizi yang terkait. Kemudian monitoring dan evaluasi gizi dilakukan setelahnya untuk mengamati perkembangan dan respon pasien terhadap intervensi yang diberikan. Bila tujuan tercapai maka proses ini dihentikan, namun bila tidak tercapai atau terdapat masalah gizi baru maka proses berulang kembali mulai dari pengkajian gizi yang baru (Sumapradja dkk, 2011).

Proses asuhan gizi terstandar merupakan siklus yang terdiri dari langkah yang berurutan dan saling berkaitan yaitu:
1.    Pengkajian gizi
2.    Diagnosa gizi
3.    Intervensi gizi
4.    Monitoring dan evaluasi gizi
(Sumapradja dkk, 2011).

1)     Pengkajian Gizi
          Pengkajian gizi merupakan kegiatan mengumpulkan, mengintegrasikan dan menganalisis data untuk identifikasi masalah gizi yang terkait dengan aspek-aspek asupan zat gizi dan makanan serta aspek klinis dan perilaku lingkungan yang disertai penyebabnya. Langkah pertama PAGT ini merupakan proses yang dinamakan proses berkelanjutan, bukan hanya pengumpulan data awal tetapi merupakan pengkajian dan analisis ulang kebutuhan pasien. Langkah ini merupakan dasar untuk menegakkan diagnosis gizi. Data individual yang diperoleh langsung dari pasien/klien melalui wawancara, observasi dan pengukuran ataupun melalui petugas kesehatan lain atau institusi yang merujuk; rekamedis atau pemeriksaan laboratorium. Sementara untuk data kelompok (masyarakat) diperoleh melalui berkas dan administrasi serta data penelitian dan epidemiologi. Pengelompokan data pengkajian gizi awal, terdiri dari:
a.    Data antropometri
b.    Data biokimia
c.    Data fisik dan klinis
d.    Data riwayat gizi dan makanan
e.    Data riwayat personal pasien
(Sumapradja dkk, 2011).

2)    Diagnosa Gizi
            Langkah diagnosa gizi ini merupakan langkah kritis menjembatani antara pengkajian gizi dan intervensi gizi. Identifikasi masalah, penyebab dan hasil pengkajian gizi masalah tersebut. Melalui langkah ini, dietisien diarahkan untuk membuat prioritas dalam pelaksanaan intervensi gizi. Diagnosis gizi adalah kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama masalah gizi yang actual dan atau beresiko menyebabkan masalah menanganinya secara mandiri. Diagnosis gizi diuraikan atas komponen masalah gizi (problem), penyebab masalah (etiologi) serta tanda dan gejala adanya masalah (sign & symptoms) (Sumapradja dkk, 2011).
Masalah gizi (problem) mengggambarkan masalah gizi pasien, dimana ahli gizi bertanggung jawab secara mandiri untuk memecahkannya. Maka dibuat :
a.  Tujuan dan target intervensi gizi yang lebih realistis dan terukur.
b.  Menetapkan prioritas intervensi atau penanganan gizi.
c.   Memantau dan mevaluasi perubahan yang terjadi setelah intervensi (Sumapradja dkk, 2011).

Penyebab masalah (etiologi) merupakan faktor penyebab yang memiliki kontribusi penyebab terjadi masalah. Penyebab dapat berkaitan dengan faktor fisiologis, sosial, lingkungan dan prilaku. Tanda dan gejala ada masalah (sign dan simptom) menunjukkan keadaan pasien, sign umumnya menunjukkan data objektif sementara simptom merupakan data subjektif. Sign dan simptom merupakan dasar monitoring dan evaluasi (Sumapradja dkk, 2011).
Penulisan diagnosis gizi disusun dengan urutan : Problem (P), Etiologi (E), Sign/Simptoms (S).

(P) berkaitan dengan (E) ditandai dengan (S)
 



Diagnosis gizi berbeda dengan diagnosa medis baik dari sifatnya maupun cara penulisannya. Diagnosis gizi dapat berubah sesuai dengan respon pasien, khususnya terhadap intervensi gizi yang dilakukan. Pengelompokan diagnosis gizi: domain asupan, domain klinis, domain perilaku lingkungan (Sumapradja dkk, 2011).
Intervensi adalah serangkaian aktivitas spesifik dan berkaitandengan penggunaan bahan untuk menanggulangi masalah. Aktivitas ini merupakan tindakan yang terencana secara khusus dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien, klien atau kelompok. Pemilihan intervensi gizi ditentukan oleh diagnosa gizi dan dapat menentukan dampak intervensi yang akan diukur dan dievaluasi kemudian. Semua tindakan intervensi dilakukan berdasarkan prinsip ilmiah dan rasional bila memungkinkan dibuat berdasarkan bukti penilitian (Sumapradja dkk, 2011).
Pelaksanaan intervensi dimulai dengan menetapkan tujuan, prinsip, macam diet, serta syarat diet. kemudian melakukan perhitungan kebutuhan enegi dan zat gizi serta menyusun menu dan waktu makan pasien (Sumapradja dkk, 2011).

Monitoring dan evaluasi gizi dilaksanakan untuk mengukur keberhasilan dari pemberian intervensi selama implementasi yang dilakukan. Jika tujuan tercapai, pasien diperbolehkan untuk pulang. Namun jika tujuan masih belum tercapai maka pasien kembali ke tahapan pengkajian gizi ulang atau kembali ke tahapan sebelumnya sehingga tujuan intervensi tercapai dan terlaksanakan (Sumapradja dkk, 2011).


4 comments:

  1. boleh minta share form asuhan gizi..??? makacih ya

    ReplyDelete
  2. boleh minta share form asuhan gizi..??? makacih ya

    ReplyDelete
  3. @Pkm Balongbendo sudah saya share di http://dhechicetia.blogspot.co.id/2016/08/formulir-asuhan-gizi.html

    ReplyDelete

ASUHAN GIZI

. PEMERINTAH DAERAH PROVINSI...................... RSU ............................... FORMULIR CATATAN ASUH...