Friday, May 30, 2014

Penentuan Kadar Betakaroten Metode Spektrofotometri

1.    Judul Praktikum :
Penentuan Kadar Betakaroten Metode Spektrofotometri

2.    Tanggal Praktikum :
Sabtu, 26 Mei 2012

3.    Tujuan Praktikum :
Menentukan kadar betakaroten pada daun singkong serta mengetahui pembentukan kurva standar beta karoten.

4.    Prinsip
Analisa kadar betakaroten dengan metode spektrofotometri berdasarkan aktivitas serapan molekul betakaroten terhadap sinar pada panjang gelombang tertentu. Merupakan penentuan banyaknya provitamin A didasarkan pada absorbansinya pada panjang gelombang 436 nm (β-karoten).

5.    Reaksi :
Chlorofil + KOH alkohol à flavonoid + chlorofil sisa
Flavonoid + eter à karoten + flavonoid sisa
Karoten + eter + etanol à β-karoten

6.    Tinjauan Pustaka :
Istilah karotena digunakan untuk menunjuk ke beberapa senyawa yang berhubungan yang memiliki formula C40H56. Karotena adalah pigmen fotosintesis berwarna jinggayang penting dalam fotosintesis. Zat ini membentuk warna jingga dalam wortel dan banyak buah dan sayur lainnya. Dia berperan dalam fotosintesis dengan menyalurkan energi cahaya yang dia serap ke klorofil.
Secara biokimia, karotena terasuk dalam golongan terpena, yang disintesis secara biokimia dari delapan satuan isoprena. Ia dikenal dalam dua bentuk utama yang diberi karakter Yunani: alfa-karotena (α-karotena) dan beta-karotena (β-karotena). Gamma-, delta-, dan epsilon- (γ, δ, dan ε-karotena) juga dikenal dalam jumlah yang sedikit. Beta-karotena terdiri dari dua grup retinil, dan dipecah dalam mukosa dari usus kecil oleh beta-karotena dioksigenase menjadi retinol, sebuah bentuk dari vitamin A]. Karotena dapat disimpan dalam hati dan diubah menjadi vitamin A sesuai kebutuhan, sehingga ia dapat dianggap sebagai provitamin.
Dalam sel tumbuhan, karotena ditemukan di dalam plastida tersendiri yang terpisah dari kloroplas, dan disebut kromoplas karotena. Organel ini tidak ditemukan pada selain tumbuhan hijau.
Beta Carotene dikenal sebagai provitamin A, karena beta carotene adalah salah satu prekursor terpenting untuk pembentukan vitamin A. beta carotene akan dikonversi menjadi vitamin A dengan bantuan enzim yang selanjutnya akan dioksidasi menjadi senyawa aldehid "all trans retinal" kemudian akan mengalami isomerisasi geometri dalam ikatan rangkap C 11 dan C12 untu menghasilkan 11 cis retinal, senyawa inilah yang sensitif terhadap sinar.
Beta-karoten adalah salah satu jenis senyawa hidrokarbon karotenoid yangmerupakan senyawa golongan tetraterpenoid (Winarsi, 2007). Adanya ikatanganda menyebabkan beta-karoten peka terhadap oksidasi. Oksidasi beta-karotenakan lebih cepat dengan adanya sinar, dan katalis logam, khususnyatembaga, besi dan mangan. Oksidasi akan terjadi secara acak pada rantai karbonyang mengandung ikatan rangkap. Beta-karoten merupakan penangkap oksigendan sebagai antioksidan yang potensial, tetapi beta-karoten efektif sebagaipengikat radikal bebas bila hanya tersedia oksigen 2– 20 %. Pada tekananoksigen tinggi diatas kisaran fisiologis, karoten dapat bersifat pro-oksidan (Burton, 1989).
Buah dan sayuran selain mengandung vitamin dan mineral, juga mengandung pigmen yang menyebabkan kenampakan sayur dan buah berwarna-warni yang menarik. Salah satu pigmen yang ada dalm sayuran adalah pigmen karoten. Pigmen ini memberikan warna kuning hingga oranye pada bahan. Contoh bahan yang banyak mengandung pigmen jenis ini adalah daun singkong, ubi, labu besar kuning, dan jagung. Pigmen karoten terdiri atas beberapa macam, salah satunya adalah betakaroten. Betakaroten ini berfungsi sebagai antioksidan, penting dalam pembentukan vitamin A, untuk pertumbuhan sel-sel epitel tubuh, mengatur rangsang sinar pada saraf mata, dan membantu pembentukan pigmen di retina mata. Kandungan betakaroten dalam bahan hasil pertanian juga berbeda-beda dan untuk menentukan kadar betakaroten dalam bahan dapat dilakukan dengan teknik spektrofotometri.
Karoten merupakan salah satu senyawa pigmen dari tumbuhan ataupun hewan yang memiliki struktur polyene yaitu senyawa organik dengan atom karbon berantai lurus memiliki ikatan rangkap. Pada hewan, karotenoid terikat pada lipid sebagai lipochrone. Sedangkan pada tumbuhan karotenoid terdapat sebagai pigmen berwarna kuning atau oranye. Betakaroten merupakan senyawa yang bersifat larut dalam lemak, tidak larut dalam air, mudah rusak karena teroksidasi pada suhu tinggi, dan menjadi penyusun vitamin A.
Betakaroten berfungsi sebagai antioksidan, penting dalam pembentukan vitamin A, untuk pertumbuhan sel-sel epitel tubuh, mengatur rangsang sinar pada saraf mata, dan membantu pembentukan pigmen di retina mata.
Secara kimia, karoten adalah terpena, disintesis secara biokimia dari delapan satuan isoprena. Dia ada dalam dua bentuk utama yang diberi karakter Yunani: alfa-karoten (α-karoten) dan beta-karoten (β-karoten). Gamma, delta, dan epsilon (γδ dan ε-karoten) juga ada. Beta-karoten terdiri dari dua grup retinil, dan dipecah dalam mukosa dari usus kecil oleh beta-karoten dioksigenase menjadiretinol, sebuah bentuk dari vitamin A. Karoten dapat disimpan dalam hati dan diubah menjadi vitamin A sesuai kebutuhan, dan membuatnya menjadiprovitamin.
Pigmen karotenoid dapat mengalami proses kerusakan atau degradasi karena beberapa faktor, yaitu ikatan rangkap karotenoid mudah teroksidasi oleh oksigen sehingga akan dihasilkan epoksi (keton); degradasi pada jembatan ikatan isoprene ditengah, bukan pada ring ionone; adanya pemanasan akan dapat merusak mol karotenoid sehingga warna dan potensi vitamin A berubah
Ada 3 macam karotenoid, yaitu a-karoten yang tidak memiliki gugus metil pada ujung molekulnya, a-karoten dan β-karoten yang memiliki 2 atom ring ionone penuh dan -karoten yang salah satu ring iononenya terbuka lycopene (tidak memiliki ring ionone).
Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi (Riyadi 2008).
Istilah spektrofotometri berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu (Underwood 1994).
Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-sifat yang berbeda. Kawasan gelombang penting di dalam penelitian biokimia adalah ultra lembayung (UV, 180-350 nm) dan tampak (VIS, 350-800 nm). Cahaya di dalam kawasan ini mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron valensi di dalam molekul tersebut (Keenan 1992).

7.    Alat dan Bahan :
Bahan :
  • Sampel daun singkong
  • KOH 10%
  • Alkohol
  • Metanol
  • Eter
  • Aquades
Alat :
·         Spatula
·         Erlenmeyer
·         Water Bath
·         Gelas Ukur
·         Kertas Saring
·         Labu seukuran
·         Batang pengaduk
·         Corong
·         Sentrifuge
·         Penyangga saringan kayu
·         Spektofotometer
·         Pipet tetes
·         Gelas Penalar
·         Kapas
·         Timbangan analitik
·         Gelas Kimia

8.    Prosedur Praktikum :
1.      Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu cuci bersih alat dan bahan yang digunakan agar tidak ada kontaminasi dari bahan-bahan lain yang tidak diinginkan yang akan mempengaruhi hasil akhir.
2.      Sampel yang sudah dihaluskan ditimbang sebanyak 10 gr dalm erlenmeyer.
3.      Tambahkan 50 mL KOH alkohol 10%.
4.      Panaskan bahan yang telah tercampur KOH alkohol 10% pada penangas air selama 30 menit.
5.      Setelah 30 menit tambahkan alkohol panas.
6.      Dinginkan sampel pada erlenmeyer menggunakan air mengalir pada bagian luar sampel hingga tidak terasa panas pada bagian dalamnya, lalu saring filtrat dengan menggunakan kertas saring dan usahakan residu sampel tidak ikut tersaring kedalam filtrat tersebut.
7.      Lalu tambahkan 50 mL eter (2x pencucian) ke dalam residu sampel, lalu kocok kembali tabung erlenmeyer.
8.      Masukkan filtrat hasil penyaringan kedalam labu kenala.
9.      Buang larutan yang berwarna hijau hingga tersisa larutan yang berwarna kuning yang terdapat pada bagian atas.
10.  Tambahkan 15 mL eter pada larutan warna kuning yang telah disaring tersebut, lalu tambahkan 50 mL aquades.
11.  Lakukan penyaringan/pembuangan kembali hingga hanya warna kuning jernih yang tersisa.
12.  Baca warna yang terbentuk pada spektofotometer dengan menggunakan panjang gelombang 436 nm.
13.  Membuat larutan standar : larutkan 1 mL larutan karoten murni dalam labu seukuran 100 mL dengan menggunakan methanol hingga tanda batas, lalu homogenkan.
14.  Lihat nilai absorban pada larutan tersebut dengan menggunakan spektofotometer pada panjang gelombang 436 nm.

9.    Hasil Praktikum dan Perhitungan           :
Berat sampel : 10,0332 gram
Larutan standar: 1 ml larutan dalam 100 ml alkohol
Panjang gelombang larutan sampel dan standar



Ulangan ke-
Sampel
Standar
1
3,784
0,074
2
3,785
0,075
3
3,785
0,074
4
3,785
0,071
Rata-rata
3,785
0,074


Klmpk
Karoten Murni untuk Standar
Absorban standar pada λ = 436 nm
Bahan Sampel
Absorban Sampel pada λ = 436 nm
1
1 mL
0,074 A
Daun Singkong
3,785 A
2
2 mL
0,102 A
0,1245 A
3
3 mL
0,120 A
3,180 A
4
4 mL
0,156 A
3,773 A
5
5 mL
0,183 A
Wortel
0,533 A
6
6 mL
0,218 A
0,244 A
7
7 mL
0,221 A
0,623 A
8
8 mL
0,242 A
0,332 A


10.    Pembahasan Hasil :
Prosedur kerja dimulai dari menumbuk bahan berupa daun singkong smpai cukup halus sehingga memudahkan proses analisa dan ekstraksi. Kemudian ditambahkan KOH alkohol sebanyak 50 mL ke dalam erlenmeyer. Erlenmeyer tidak boleh terkena sinar matahari karena akan terjadi proses oksidasi. Fungsi penambahan KOH alkohol adalah untuk mengekstraksi atau melarutkan betakaroten daun singkong sehingga mudah dianalisis. Hal ini dilakukan karena betakaroten merupakan pigmen yang hanya larut dalam pelarut organik non polar. Setelah itu distirer selama 10 menit agar proses ekstraksi betakaroten daun singkong oleh KOH alkohol berlangsung optimal. Kemudian sampel tersebut disaring dan dimasukkan ke dalam labu dan kembali ditambahkan larutan KOH alkohol 10 mL sampai warna kuning atau oranye menghilang yang menandakan bahwa pigmen betakaroten pembentuk warna kuning atau oranye pada daun singkong sudah benar-benar larut/terekstraksi sempurna dalam pelarut. Penambahan larutan KOH alkohol yang kedua kalinya ini bertujuan untuk mengekstraksi atau melarutkan betakaroten daun singkong yang belum ikut terekstraksi pada waktu sebelumnya sehingga dengan begitu diharapkan betakaroten yang ada dalam daun singkong sudah terekstraksi semuanya secara optimal tanpa tersisa dan siap dianalisis. Setelah itu larutan sampel ditera dengan aquades sampai 50 mL. Hal ini dilakukan agar sampel tidak terlalu pekat saat dilakukan pembacaan absorbansi karena pembacaan absorbansi tidak akan berlangsung optimal jika larutan sampel yang dianalisa terlalu pekat. Kemudian larutan sampel yang sudah ditera siap diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 436 nm. Pembacaan nilai absorbansi dilakukan dengan menggunakan panjang gelombang 436 nm karena pada panjang gelombang tersebut, molekul betakaroten dapat menyerap sinar secara optimal sehingga dihasilkan nilai pembacaan absorbansi yang jelas dan tepat. Prinsip pembacaan absorbansi ini adalah berdasarkan aktivitas serapan molekul betakaroten terhadap sinar pada panjang gelombang tertentu, yaitu 436 nm. Setelah diketahui nilai absorbansinya, maka dapat dihitung kadar betakaroten dalam sampel daun singkong.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa rata-rata kadar betakaroten daun singkong adalah senilai 3,785 A. Sedangkan kadar betakaroten standar yang telah dibuat adalah 0,074 A. Faktor kesalahan yang mungkin terjadi selama praktikum adalah kadar protein yang dihasilkan dari hasil analisis terlalu kecil sehingga kurang sesuai dengan literatur. Hal ini disebabkan karena pada saat ekstraksi, betakaroten dalam daun singkong tidak terekstraksi semua secara optimal sehingga masih ada betakaroten yang tidak terekstraksi dan betakaroten yang berhasil diekstraksi lalu dianalisis jumlahnya hanya sedikit sehingga kadar betakaroten yang terukur hasilnya kecil, bisa juga karena pengaruh saat pembacaan nilai absorbansi yang kurang cermat atau kurang teliti.

11.    Kesimpulan :
Dari hasil praktikum didapatkan berat daun singkong yang ditimbang sebesar 10,0332 gram. Untuk penentuan nilai absorbansi betakaroten dari sampel berupa daun singkong maupun berupa larutan standar dilakukan empat kali pengulangan. Untuk mendapatkan larutan betakaroten sampel dilakukan dua kali ekstraksi. Ekstraksi pertama didapatkan dua lapisan warna larutan, lapisan atas berwarna hijau kekuningan dan larutan bagian bawah berwarna hijau tua. Larutan hijau tua dibuang dan larutan bagian atas dibiarkan untuk kemudian ditambahkan eter. Setelah penambahan eter kembali akan terbentuk lagi dua lapisan warna, lapisan bawah berwarna kekuningan dan lapisan atas berwarna kuning jernih seperti minyak. Larutan inilah yang akan dilihat nilai absorbansinya. Untuk rata-rata nilai absorbansi sampel yaitu sebesar 3,784 A. Sedangkan rata-rata nilai absorbansi dari larutan standar yaitu sebesar 0,074 A.

12.    Daftar Pustaka :
Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama




ASUHAN GIZI

. PEMERINTAH DAERAH PROVINSI...................... RSU ............................... FORMULIR CATATAN ASUH...