Sunday, September 28, 2014

JURNAL FERMENTASI

Judul    DADIH SUSU SAPI HASIL FERMENTASI BERBAGAI STARTER BAKTERI PROBIOTIK YANG DISIMPAN PADA SUHU RENDAH:KARAKTERISTIK KIMIAWI
             (Oleh: E. Taufik)



ABSTRACT
Terjemahan: Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan kualitas dadih dalam proses yang lebih terkontrol. Penggunaan susu sapi adalah untuk menggantikan pemanfaatan susu kerbau karena ketersediaannya sangat terbatas; penggunaan kombinasi starter probiotik adalah melakukan proses fermentasi dadih lebih terkontrol, dan karakteristik khusus dari dadih bisa diukur. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi konsentrasi starter terbaik yang akan digunakan dalam proses fermentasi dadih dan untuk menyelidiki karakteristik kimia dadih dari susu sapi difermentasi dengan kombinasi yang berbeda dari starter bakteri probiotik (L. plantarum (A1), L. plantarum + L. acidophilus  (A2), L. plantarum + B. bifidum (A3) dan L. plantarum + L. acidophilus  + B. bifidum (A4)) dan disimpan pada suhu rendah untuk 0, 7, dan 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi starter terbaik adalah 3% dengan perbandingan yang sama antara starter dan kombinasi bakteri starter probiotik tidak mempengaruhi secara signifikan keasaman air, protein, lemak, isi abu, pH dan dititrasi dari dadih di H-0 (sebelum penyimpanan) Karakteristik dadih setelah menyimpan selama 14 hari pada suhu rendah menunjukkan bahwa kombinasi starter terpengaruh secara signifikan keasaman pH dan dititrasi (P <0,01). Namun variabel ini tidak dipengaruhi oleh waktu penyimpanan. Protein, kelembaban dan lemak isi tidak dipengaruhi oleh kombinasi starter dan waktu penyimpanan, kadar abu yang berpengaruh secara signifikan dengan waktu penyimpanan tetapi tidak oleh kombinasi starter. Hal ini menyimpulkan bahwa semua dadih yang dihasilkan oleh kombinasi starter berbeda tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam karakteristik kimia, namun dadih diproduksi oleh A4 kombinasi starter memiliki keunggulan lebih dalam konten probiotik.

Kata kunci: dadih, susu sapi, probiotik, bakteri asam laktat, kimia karakteristik

PENDAHULUAN

Dadih adalah produk olahan susu kerbau yang terdapat di daerah Sumatera Barat. Produk ini sudah lama dikenal dan disukai oleh masyarakat setempat (Surono et al., 1984). Dadih merupakan makanan spesifik yang berwarna putih dan hampir menyerupai tahu, dapat dipotong dan dimakan dengan menggunakan sendok. Menurut Sirait (1993) dadih adalah produk susu fermentasi yang menyerupai yoghurt dan kefir. Pemanfaatan dadih pada umumnya adalah sebagai lauk pauk, makanan selingan, pelengkap upacara adat, dan sebagai obat-obatan tradisional (Sughita, 1985).
Secara tradisional dadih dibuat dari susu kerbau yang diperam di dalam tabung bambu dan ditutup dengan daun pisang yang telah dilayukan di atas api, kemudian diinkubasikan pada suhu ruang (sekitar 27-33oC) selama 2 hari (Sughita, 1985). Fermentasi dadih yang dibuat secara tradisional melibatkan berbagai jenis mikroorganisme yang saling berinteraksi. Mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi ini diduga berasal dari permukaan tabung bambu bagian dalam, permukaan daun penutup, dan dari susu kerbau yang digunakan. Mikroorganisme tersebut terdiri atas bakteri dan khamir dengan jumlah bakteri sekitar 106-107 dan khamir sekitar 105 (Hosono,1992).
Masyarakat setempat beranggapan bahwa hanya susu kerbau yang dapat dipakai sebagai bahan baku alam pembuatan dadih (Sirait et al., 1995). Hal ini dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat sehubungan dengan keterbatasan susu kerbau yang mengakibatkan terbatasnya produksi dadih dan mahalnya harga dadih (Sirait et al., 1995). Pembuatan dadih sampai saat ini masih dilakukan secara tradisional, sehingga kualitas dadih yang diperoleh berbeda-beda. Belum adanya standar pembuatan dadih menyebabkan kualitas dadih yang diperoleh bervariasi pada masing-masing pengolah.
Upaya-upaya peningkatan kualitas dadih baik secara fisik, kimia, maupun mikrobiologis sangat diperlukan.Upaya engembangan dadih dari makanan tradisional menjadi salah satu produk bahan pangan olahan susu yang mempunyai peluang besar menjadi produk komersial telah banyak dilakukan. Upaya-upaya tersebut antara lain melalui: 1) penggantian susu kerbau dengan susu sapi yang diikuti oleh proses pasteurisasi, 2) penggantian wadah konvensional berupa bambu dengan wadah plastik yang lebih steril dan higienis, 3) proses fermentasi yang terkontrol melalui penggunaan starter kultur murni atau kombinasi berbagai starter bakteri asam laktat lainnya.
Pada penelitian ini akan dikaji penggunaan bakteri probiotik dalam proses fermentasi pembuatan dadih dengan harapan tidak hanya dapat meningkatkan karakteristik kimiawinya saja tetapi juga dapat menjadikan dadih sebagai bahan pangan fungsional (functional food) yang berguna bagi kesehatan tubuh manusia.
Penelitian bertujuan untuk mempelajari karakteristik kimiawi dadih yang dibuat dari susu sapi dengan starter Lactobacillus plantarum asal dadih susu kerbau yang dikombinasikan dengan starter bakteri probiotik Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum, yang sekaligus untuk memperoleh produk dadih baru yang mengandung probiotik (bio-dadih).

MATERI DAN METODE

Penelitian terdiri atas dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk melakukan persiapan starter dan penentuan konsentrasi starter yang akan digunakan dalam penelitian utama. Penelitian utama bertujuan untuk mengaplikasikan hasil penelitian pendahuluan yaitu membuat dadih dengan konsentrasi starter yang terpilih.

Penelitian Pendahuluan
Metode yang digunakan dalam penelitian pendahuluan ini mengacu pada metode penelitian pendahuluan yang digunakan oleh Taufik (2003). Metode tersebut adalah dilakukannya persiapan starter untuk menghasilkan starter kerja yang akan digunakan untuk pembuatan dadih. Starter kerja ini harus memenuhi syarat sesuai dengan pendapat Overby (1988). Proses ini diawali dengan purifikasi starter yang dilanjutkan dengan pemeriksaan morfologi secara mikroskopis. Selanjutnya untuk penentuan konsentrasi starter yang akan dipilih untuk penelitian utama dilakukan setelah mencoba tiga tingkat konsentrasi yaitu 3%, 4% dan 5% dengan perbandingan yang sama antar masingmasing starter yaitu 1:1 dalam pembuatan dadih. Setelah itu dilakukan pengukuran terhadap pH, total asam tertitrasi dan dilakukan pengamatan terhadap sineresis, koagulasi dan tekstur.

Penelitian Utama
Penelitian utama merupakan penerapan dari hasil penelitian pendahuluan, yaitu pembuatan produk dengan konsentrasi terpilih. Dadih dibuat dengan mengikuti proses yang dibuat oleh Syahrir (2002) dengan modifikasi. Proses dimulai dengan penguapan susu sapi segar dengan vacuum evaporator (80-85oC) sampai menjadi setengah volume awal, kemudian modifikasi, yaitu penambahan krim susu untuk standardisasi kadar lemak susu sapi sebesar 8% untuk mendekati nilai kadar lemak susu kerbau, setelah itu dilakukan homogenisasi dengan pengadukan, diikuti inokulasi starter kemudian penuangan ke dalam wadah dan terakhir adalah inkubasi pada suhu ruang (sekitar 27-33oC) selama 24 jam.
Perlakuan yang dilakukan pada penelitian utama yang pertama adalah jenis kombinasi starter yang berbeda (faktor A) yang terdiri atas empat jenis yaitu L. plantarum (sebagai kontrol) (A1), L. plantarum + L. acidophilus  (A2), L. plantarum + B. bifidum (A3) dan L. plantarum + L. acidophilus  + B. bifidum (A4). Perlakuan yang kedua adalah lama penyimpanan (faktor B) yang terdiri atas empat waktu penyimpanan yaitu hari ke-0 (B1) yaitu hari pada saat dadih terbentuk setelah mengalami proses inkubasi pada suhu ruang selama sehari semalam, hari ke-7 (B2), dan hari ke-14 (B3). Batas akhir waktu penyimpanan pada 14 hari mengacu pada hasil penelitian Syahrir (2002). Semua dadih yang terbentuk disimpan pada lemari pendingin.
Analisis dan pengamatan yang dilakukan pada hari ke-0, ke-7, dan ke-14 selama penyimpanan meliputi kadar protein, kadar lemak, kadar air, kadar abu dengan analisis proksimat dan total asam tertitrasi serta pH. Rancangan percobaan yang digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap karakteristik dadih dan kombinasinya pada hari ke-0 (sebelum penyimpanan adalah rancangan acak kelompok pola searah dengan 3 ulangan (sebagai kelompok) pada masing-masing perlakuan. Rancangan percobaan yang digunakan untuk melihat karakteristik susu fermentasi selama 14 hari penyimpanan adalah rancangan acak kelompok pola faktorial 4X3 dengan tiga kali ulangan sebagai kelompok. Data yang dihasilkan dianalisis dengan sidik ragam, bila ada perbedaan yang nyata dilakukan uji lanjut menggunakan metode Least Significance Difference (Steel & Torrie, 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Pendahuluan
Morfologi dan total populasi bakteri kultur kerja disajikan pada Tabel 1. Populasi yangdidapatkan dari semua bakteri telah memenuhi syarat kisaran populasi bakteri yang dibutuhkan untuk memproduksi produk susu fermentasi yaitu 5,4 x 108 – 1,2 x 109 cfu/ml (Overby, 1988). L. plantarum merupakan bakteri asam laktat yang bersifat heterofermentatif fakultatif, L. acidophilus  bersifat homofermentatif dan B. bifidum heterofermentatif. L. plantarum dapat memproduksi hidrogen peroksida tertinggi diantara bakteri asam laktat lainnya. Bakteri ini dapat memfermentasi hampir semua jenis gula dan dapat hidup pada pH rendah. L. acidophilus  satu famili dengan L. plantarum yaitu Lactobacillaceae spp. sehingga bentuk morfologinya hampir sama, juga termasuk Gram positif. Bakteri ini termasuk yang tahan terhadap hambatan-hambatan pada saluran pencernaan seperti air liur, asam lambung dan asam empedu. B. bifidum termasuk kedalam famili Bifidobacterium spp. memiliki ukuran populasi terbesar ketiga dalam saluran pencernaan manusia setelah Bacteroides dan Eubacterium. Bakteri ini bersifat anaerob dan dalam aktivitas fermentasinya menghasilkan 3 bagian asetat dan 2 bagian laktat. Semua bakteri telah memenuhi ciri-ciri yang disebutkan oleh Frazier & Westhoff (1978).

Tabel 1. Morfologi dan total populasi bakteri starter kerja
Jenis bakteri
Jumlah (cfu/ml)
Morfologi
L. plantarum

6,1 x 108
Berbentuk batang, dengan susunan tunggal atau membentuk rantai pendek, Gram positif
L. acidophilus

6,9 x 108
Berbentuk batang, dengan susunan tunggal atau
membentuk rantai pendek, Gram positif
B. bifidum

5,9 x 108
Berbentuk batang, dengan susunan tunggal atau
bergerombol dapat menyerupai huruf V, Y atau X
dengan ujung bulat, Gram positif

Tabel 2. Kualitas susu segar bahan baku pembuatan dadih
Peubah kualitas
Sebelum penguapan
Setelah penguapan
Berat jenis (BJ)
1,0282
1,0420
Kadar lemak (%)
3,80
5,70
Kadar protein (%)
4,16
5,36
pH
6,15
6,04
Bahan kering tanpa lemak (%)
8,31
12,25
Bahan kering (%)
12,11
17,95
Kadar air (%)
87,89
82,05

Penentuan konsentrasi starter dilakukan dalam rangka menentukan starter terbaik yang akan digunakan pada penelitian utama. Pada kegiatan ini dilakukan juga pengujian bahan baku susu segar untuk pembuatan dadih agar dapat ditentukan layak atau tidaknya susu yang akan digunakan. Pengujian peubah kualitas susu dilakukan berdasarkan petunjuk Sudono et al. (1999). Hasil pengujian susu segar untuk bahan baku dadih disajikan pada Tabel 2.
Hasil analisis susu segar sebelum dan sesudah penguapan pada Tabel 2 di atas telah memenuhi syarat-syarat yang dicantumkan dalam SNI 01-3141-1998 tentang susu segar yaitu keadaan bau, warna, rasa normal, uji alkohol negatif, kadar protein minimal 2,7%, kadar lemak minimal 3,0% dan tingkat keasaman 4,5 sampai 7,0. Data tersebut juga menunjukkan bahwa susu hasil evaporasi mengalami peningkatan kadar bahan kering menjadi 17,95% yang merupakan akibat dari penguapan air pada susu tersebut. Menurut Azima (1983) pemekatan susu dilakukan untuk mendapatkan bahan kering yang mendekati kadar bahan kering susu kerbau sekitar 18%, dengan demikian bahan baku susu sapi yang diuapkan telah mendekati kadar bahan kering susu kerbau. Selain itu, pencampuran susu dengan skim dan krim ditujukan untuk penyesuaian kandungan lemak pada tingkat yang diinginkan (Lee dan Lucey, 2010).

Tabel 3. Karakteristik dadih hasil kombinasi berbagai starter pada tingkat konsentrasi yang berbeda(Peubah kuantitatif)
Kombinasi starter *
pH
Total asam tertitrasi
3%
4%
5%
3%
4%
5%
Lp
4,73
4,65
4,61
1,06
1,37
1,42
Lp + La
4,66
4,96
4,65
1,14
1,55
1,71
Lp + Bf
4,77
4,67
4,64
1,28
1,98
1,44
Lp + La + Bf
4,55
4,65
4,42
1,56
1,67
1,90
*Keterangan : Lp = L. plantarum, La = L. acidophilus , Bf = B. bifidum

Hasil analisis peubah kuantitatif dan kualitatif dadih hasil kombinasi berbagai starter pada tingkat konsentrasi yang berbeda disajikan pada Tabel 3 dan 4. Konsentrasi terpilih ditentukan berdasarkan karakter susu fermentasi, yaitu nilai asam laktat (dari TAT) 0,5% sampai 2,0% (SNI 01-2981-1992) dan pH 3,8 sampai 4,6 (Oberman, 1985). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai pH dari semua konsentrasi starter tidak semuanya memenuhi kriteria diatas, sedangkan nilai total asam tertitrasi semuanya memenuhi kisaran standar yang ada (Tabel 3). Karakteristik kualitatif baik tekstur atau koagulasi antar ketiga konsentrasi starter yang diuji tidak terlalu berbeda, kecuali pada sineresis, konsentrasi starter 5% memberikan hasil yang sedikit berbeda dibandingkan dengan konsentrasi starter 3% dan 4% yang hasilnya relatif sama. Dengan hasil pengamatan seperti di atas, maka pertimbangan ekonomis diambil dalam penentuan akhir dari konsentrasi starter yang akan dipilih untuk penelitian utama. Berdasarkan pertimbanganpertimbangan tersebut maka konsentrasi starter 3% dipilih untuk digunakan dalam penelitian utama, karena telah menghasilkan produk yang tidak terlalu berbeda karakteristiknya dengan konsentrasi yang 4% dan 5%.

Penelitian Utama
Pada penelitian utama ini, dadih yang akan diproduksi menggunakan konsentrasi starter 3% merupakan hasil dari penelitian pendahuluan. Pengamatan yang dilakukan meliputi karakteristik kimiawi dadih sebelum penyimpanan (H0) dan selama penyimpanan yaitu 14 hari dengan pengambilan contoh dilakukan pada hari ke-7 dan hari terakhir penyimpanan, yaitu hari ke-14.

Tabel 4. Karakteristik dadih hasil kombinasi berbagai starter pada tingkat konsentrasi yang berbeda(Peubah kualitatif)
Kombinasi starter *

Tekstur
Koagulasi
Sineresis
3%
4%
5%
3%
4%
5%
3%
4%
5%
Lp
++++
++++
++++
++++
+++
+++
+
+
+
Lp + La
++++
++++
+++
+++++
+++++
++++
-
-
+
Lp + Bf
+++
++
+++
+++
++
+++
+
+
++
Lp + La + Bf
++
++
++++
++
++
++++
+
+
+
*Keterangan: Lp = L. plantarum, La = L. acidophilus , Bf = B. bifidum
+ = Semakin banyak tanda + maka tingkat kekompakan dan kehalusan tekstur produk semakin baik

Karakteristik Kimiawi Dadih Sebelum Penyimpanan (H0)
Pada H0 (pada saat dadih terbentuk, sebelum disimpan), karakteristik kimiawi dadih yang diamati meliputi seluruh peubah yang diamati. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik dadih hasil kombinasi starter sebelum penyimpanan
Peubah
Kombinasi starter
A1
A2
A3
A4
Kadar protein (% BK)
4,13
3,94
3,82
3,53
Kadar lemak (%BK)
13,95
10,81
15,82
10,96
Kadar air (%)
80,52
83,81
78,08
83,15
Kadar abu (% BK)
0,87
0,92
0,89
0,90
TAT (% asam laktat)
2,21
3,00
2,54
3,45
pH
4,13
3,72
3,96
3,69
Keterangan:
A1 = L. plantarum, A2 = L. plantarum + L. acidophilus  
A3 = L. plantarum + B. bifidum, A4 = L. plantarum + L. acidophilus  + B. bifidum
Semua nilai diatas merupakan rataan dari tiga ulangan

Kadar Protein
Kisaran rataan kadar protein dadih hasil kombinasi berbagai starter berkisar pada 3,53% sampai 4,13% (Tabel 5). Kadar protein tertinggi (4,13%) dihasilkan oleh dadih starter tunggal (A1) walaupun secara statistik nilai ini tidak berbeda nyata dengan nilai kadar protein hasil kombinasi starter yang lain (A2, A3 dan A4). Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi starter tidak berpengaruh nyata terhadap kadar protein dadih yang dihasilkan. Penggunaan bahan baku dadih dan konsentrasi starter yang sama (3%), walaupun dengan kombinasi berbeda, ternyata menghasilkan dadih dengan kadar protein yang relatif tidak berbeda.
Secara biologis kadar protein dadih semakin menurun dari yang menggunakan starter tunggal ke kombinasi starter yang semakin kompleks (A1 ke A4). Hal ini diduga karena protein susu juga digunakan sebagai sumber nutrisi oleh bakteri starter, sehingga dengan semakin banyaknya jenis bakteri, penggunaan protein semakin tinggi. Menurut Tamime & Robinson (1999) bakteri yang digunakan sebagai starter pada pembuatan produk susu fermentasi tidak dapat dengan penuh melakukan sintesis asam amino, sehingga asam-asam amino yang terdapat dalam susu dapat membantu pertumbuhannya.
Tamime & Robinson (1999) juga menyatakan bahwa terdapat banyak teori yang mengulas mengenai simbiosis atau asosiasi pertumbuhan dari suatu kultur campuran. Asosiasi ini dapat digambarkan dengan sederhana, yaitu satu organisme menyediakan senyawa yang berguna bagi organisme yang lainnya. Kedua penulis dalam tulisannya melaporkan bahwa banyak penelitian mengenai hal ini yang semuanya berkaitan dengan penggunaan asam-asam amino yang merupakan penyusun protein. Dalam hal ini satu organisme menggunakan protein sebagai aktivitas metabolisme pertumbuhan mereka yang kemudian juga mensintesis asam-asam amino yang diperlukan oleh pertumbuhan organisme lain. Dengan demikian dapat diduga bahwa semakin kompleks suatu campuran starter bakteri maka tingkat penggunaan asam- asam amino oleh masing-masing starter semakin tinggi.

Kadar Lemak.
Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa kadar lemak dadih yang dihasilkan relatif tinggi jika dibandingkan dengan produk-produk olahan susu fermentasi lainnya (Tamime & Robinson, 1999). Hal ini disebabkan dadih biasanya dihasilkan dari susu kerbau yang kadar lemaknya lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Penelitian ini menggunakan susu sapi sebagai bahan baku dadih sebagai pengganti susu kerbau yang ketersediaannya terbatas. Susu sapi yang digunakan dievaporasi terlebih dahulu sebanyak 50% dari volume awal, untuk mendekati komposisi susu kerbau. Dengan demikian komposisi total solid dari susu meningkat yang mengakibatkan meningkatnya kadar lemak susu. Selain itu kadar lemak susu sapi hasil evaporasi masih ditambahkan lemak susu untuk menyamai kadar lemak susu kerbau, sehingga produk dadih yang dihasilkan memiliki kadar lemak yang tinggi.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kadar lemak dadih tidak dipengaruhi secara nyata oleh kombinasi starter bakteri (Tabel 5). Hasil tersebut tidak menunjukkan adanya pola yang teratur, hal ini diduga karena bakteri asam laktat mempunyai aktivitas lipolitik sekunder, artinya aktivitas tersebut dilakukan setelah mikroorganisme lain memecah asam lemak susu menjadi senyawa yang lebih sederhana (Bottazi,1983). Hal ini sesuai dengan pendapat Tamime & Robinson (1999) yang menyatakan bahwa hidrolisis lemak oleh kultur starter hanya terjadi pada tingkat yang sangat terbatas. Namun demikian, meningkatnya kadar lemak dadih dibandingkan kadar lemak susu bahan baku dadih tetap dipengaruhi oleh aktivitas starter yang digunakan, terutama produksi enzim triasilgliserol lipase yang dapat membentuk lemak dari trigliserida, karena enzim lipase yang ada dalam susu biasanya diinaktivasi pada saat pemanasan (Tamime & Robinson, 1999).

Kadar Air
Kadar air dalam suatu bahan pangan memegang peranan penting karena dapat mempengaruhi aktivitas metabolisme dalam bahan pangan itu sendiri. Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa kadar air dadih tidak nyata dipengaruhi oleh kombinasi starter bakteri.
Kadar air dadih yang relatif sama pada setiap tingkat kombinasi starter ini disebabkan oleh bahan baku susu yang digunakan sama dan kultur starter yang berbentuk cair ditambahkan dengan konsentrasi yang sama yaitu 3%. Selain itu air tidak seperti komponen bahan pangan lainnya yang dapat disintesis oleh suatu bakteri tetapi lebih merupakan medium pertumbuhan yang dibutuhkan oleh mikroorganisme sehingga mempengaruhi laju atau kecepatan pertumbuhannya.

Kadar Abu
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kombinasi starter tidak mempengaruhi secara nyata kadar abu dadih yang dihasilkan (Tabel 5). Menurut Buckle et al. (1987), kadar abu yang mengandung komponen-komponen mineral mikro dan jarang (trace) relatif agak konsisten dibandingkan dengan komponen susu lainnya, bahkan pakan sendiri tidak berpengaruh besar terhadap kadar abu. Hal ini diduga disebabkan oleh penggunaan komponen abu yang terkandung dalam bahan baku susu oleh bakteri yang relatif rendah dalam proses metabolisme pertumbuhan bakteri tersebut, atau dengan kata lain jumlah komponen kadar abu lebih dipengaruhi oleh kualitas bahan baku susu yang digunakan. Jumlah kadar abu dadih yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kadar abu dari susu biasa disebabkan oleh adanya proses evaporasi yang menyebabkan meningkatnya komposisi SNF (solid non fat) pada susu bahan baku dadih.

Total Asam Tertitrasi dan pH
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kombinasi starter tidak berpengaruh nyata terhadap total asam tertitrasi (TAT). Jika diurutkan, nilai TAT tertinggi ke terendah adalah A4, A2, A3 dan A1. Hal ini sejalan dengan pendapat Tamime & Robinson (1999) yang menyatakan starter campuran akan memproduksi asam yang lebih tinggi dibandingkan starter tunggal. Kemudian nilai TAT kombinasi A3 lebih rendah dibandingkan dengan nilai TAT kombinasi A2, hal ini disebabkan oleh sifat B. bifidum yang anaerob sehingga aktivitasnya kurang optimal pada dadih yang diinkubasi secara aerob; selain itu bakteri ini tidak hanya memproduksi asam laktat tetapi juga asam asetat dan komponen volatil lainnya sehingga produksi asam laktatnya tidak setinggi bakteri homofermentatif.
Sementara itu kombinasi starter juga tidak mempengaruhi secara nyata nilai pH dadih yang terbentuk (Tabel 5). Apabila diurutkan nilai pH tersebut dari yang tertinggi ke yang terendah adalah A1, A3, A2 dan A4. Secara biologis dapat dinyatakan bahwa starter tunggal mempunyai nilai pH yang lebih tinggi dibandingkan starter campuran pada H0 (sehari setelah proses inkubasi).
Pengukuran TAT secara umum dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman atau total asam pada suatu produk yang direpresentasikan oleh jumlah total ion hidrogen (H+) dalam bentuk terdisosiasi atau tidak terdisosiasi. Akan tetapi secara lebih teknis asam tertitrasi didefinisikan sebagai jumlah basa yang dibutuhkan untuk menaikkan pH susu dari 6,6 ke 8,4 dengan fenoptalein sebagai indikator. Nilai pH menggambarkan keasaman yang nyata dari suatu larutan yang merupakan hasil pengukuran konsentrasi ion hidrogen yang terdisosiasi, susu normal merupakan larutan yang memiliki keasaman yang sedikit dibawah pH normal dengan nilai pH 6,5 sampai 6,7 dengan 6,6 sebagai nilai yang paling biasa ditemukan pada suhu sekitar 25oC (Bylund, 1995). Dengan demikian apabila dibandingkan dengan nilai TAT yang dihasilkan kondisi ini telah sesuai dengan teori tersebut.
Apabila nilai pH turun maka nilai keasaman akan meningkat dalam susu normal. Pengukuran keasaman dalam suatu produk fermentasi berarti mengukur keasaman yang Media Peternakan terbentuk secara alami dalam susu sekaligus mengukur keasaman yang merupakan produk dari aktivitas bakteri asam laktat yang menjadi starter pembuatan dadih. Namun karena keasaman alami dari susu dianggap tidak berbeda nyata dengan adanya standardisasi total solid dari bahan baku susu, maka pengukuran asam tertitrasi dapat digunakan sebagai indikasi yang cukup beralasan bagi kinerja bakteri starter.
Nilai TAT untuk dadih dengan kombinasi starter (A2, A3 dan A4) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan nilai TAT dadih hasil starter tunggal (A1). Hal ini sesuai dengan pendapat Tamime (1977) yang dikutip oleh Tamime & Robinson (1999) yang menyatakan bahwa produk susu fermentasi yang menggunakan starter campuran akan menghasilkan produksi asam laktat yang laju dan jumlahnya lebih tinggi daripada yang menggunakan starter tunggal.
Standar persen asam laktat untuk yoghurt sesuai SNI 01-2981-1992 adalah 0,5% sampai 2,0%, sementara itu pada dadih yang dihasilkan dari berbagai kombinasi starter mempunyai nilai asam laktat semuanya diatas 2,0%. Hal ini tidak dapat dikatakan bahwa dadih yang dihasilkan tidak sesuai standar karena yoghurt dan dadih berbeda dalam proses pembuatan dan kultur bakteri yang digunakan sebagai starternya. Sampai sekarang SNI untuk dadih belum ada. Lebih dari itu tingkat keasaman produk susu fermentasi sangat ditentukan oleh preferensi konsumen.
Sesuai dengan pendapat Bylund (1995) dan Frobisher et al.(1974) apabila nilai TAT meningkat maka nilai pH semakin turun dan sebaliknya, data pada Tabel 5 menunjukkan nilai pH:TAT berturut-turut dengan patokan nilai pH yang tertinggi ke yang terendah adalah A1(4,13 : 2,21), A3 (3,96 : 2,54), A2 (3,72 : 3,02) dan A4 (3,69 : 3,45) telah sesuai dengan pendapat hasil penelitian tersebut di atas, walaupun nilai TAT mempunyai selang nilai yang tidak terlalu berbeda dengan nilai pH pada setiap kombinasi starter. Luck et al. (1973) yang dikutip oleh Tamime & Robinson (1999) menyatakan bahwa hubungan antara asam tertitrasi dengan pH tidak dapat berlaku dengan ketat dalam setiap kondisi apalagi dalam suatu sistem buffer yang tinggi, seperti yoghurt atau produk-produk susu fermentasi lainnya.


Karakteristik Kimiawi Dadih Hasil Berbagai Kombinasi Starter Selama 14 Hari Penyimpanan

Kadar Protein
Kadar protein dadih hasil berbagai kombinasi starter selama 14 hari penyimpanan disajikan pada Tabel 6. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kombinasi starter dan lama penyimpanan tidak mempengaruhi kadar protein dadih yang disimpan selama 14 hari dalam lemari pendingin. Hal ini diduga disebabkan oleh penggunaan bahan baku dan konsentrasi starter yang ditambahkan sama. Selain itu, secara umum genus Lactobacillus spp. dan Bifidobacteria spp. memiliki aktivitas proteolisis yang rendah (Tamime & Robinson, 1999). Secara biologis untuk semua perlakuan terdapat kecenderungan kadar protein meningkat sampai hari ke-7 kemudian menurun pada hari selanjutnya.
Kadar protein pada dadih selain berasal dari protein susu juga berasal dari protein dalam bakteri itu sendiri yang dapat menyumbangkan sekitar 7% dari total protein susu atau produk olahan susu (Bottazi, 1993). Kenaikan kadar protein secara umum untuk semua perlakuan pada hari ke-7 diduga disebabkan oleh meningkatnya asam-asam amino penyusun protein yang merupakan hasil metabolisme bakteri asam laktat. Selain itu, kadar protein tersebut menurun seiring makin lamanya penyimpanan karena semakin banyaknya bakteri yang tidak dapat bertahan hidup dengan kondisi lingkungan yang semakin asam, hal ini sejalan dengan pendapat Tamime & Robinson 1999) yang menyatakan bahwa laju proteolisis menurun selama penyimpanan yaitu setelah fase pertumbuhan tetap (stationary phase) dicapai oleh starter bakteri.

Kadar Lemak
Kadar lemak dadih hasil berbagai kombinasi starter selama 14 hari penyimpanan disajikan pada Tabel 7. Kombinasi starter dan penyimpanan selama 14 hari pada suhu lemari pendingin tidak berpengaruh nyata terhadap kadar lemak dadih yang terbentuk. Kondisi ini terjadi seperti yang telah dijelaskan pada bagian kadar lemak dadih sebelum penyimpanan. Namun secara biologis, semakin lama penyimpanan, kadar lemak semakin menurun. Hal ini diduga karena semakin menurunnya aktivitas sintesis asam lemak oleh bakteri seiring dengan semakin menurunnya populasi bakteri.

Tabel 6. Kadar protein dadih selama 14 hari penyimpanan (% BK)
Hari penyimpanan
ke-
Kombinasi starter
Rataan
A1
A2
A3
A4
0
4,14
3,94
3,82
3,53
3,86
7
3,72
4,29
3,82
5,23
4,26
14
3,77
3,97
4,48
4,15
4,09
Rataan
3,87
4,07
4,04
4,30
4,07

Tabel 7. Kadar lemak dadih selama 14 hari penyimpanan (BK%)
Hari penyimpanan
ke-
Kombinasi starter
Rataan
A1
A2
A3
A4
0
13,95
10,81
15,82
10,96
12,89
7
11,48
10,59
11,64
10,09
10,95
14
11,27
11,35
10,51
10,03
10,79
Rataan
12,23
10,92
12,65
10,36
11,54
Keterangan:
A1 = L. plantarum, A2 = L. plantarum + L. acidophilus  
A3 = L. plantarum + B. bifidum, A4 = L. plantarum + L. acidophilus  + B. bifidum

Kadar Air
Kadar air dadih hasil berbagai kombinasi starter selama 14 hari penyimpanan disajikan pada tabel 8. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa kombinasi starter dan lama penyimpanan tidak mempengaruhi secara nyata kadar air dadih yang dihasilkan. Kadar air akibat pengaruh kombinasi starter tidak menggambarkan suatu pola khusus, sedangkan untuk pengaruh lama penyimpanan, kadar air terlihat meningkat sampai pada hari ke-7 kemudian menurunlagi pada hari ke-14. Namun deminkian kadar air tersebut tetap konstan karena perubahannya sangat kecil. Hal ini diduga di sebabkan oleh kondisi bahan baku yang sama juga konsentrasi starter yang ditambahkan sama; selain itu, penyimpanan dalam lemari pendingin menyebabkan suhu linkungan relatif konstan sehingga penguapan yang terjadi juga relatif sama.

Kadar Abu
Kadar abu dadih hasil berbagai kombinasi starter selama 14 hari penyimpanan disajikan pada tabel 9. Kadar abu dadih yang dihasilkan sangat nyata dipengaruhi oleh lama penyimpanan (P<0,01), sedangkan kombinasi starter tidak mempengaruhi kadar abu dadih yang terbentuk. Hasil uji lanjut menunjukan bahwa kadar abu pada H-0 tidak berbeda nyata dengan kadar abu pada H-7 akan tetapi sangat berbeda nyata dengan kadar abu pada H-14, kemudian kadar abu pada H-7 berbeda sangat nyata dengan kadar abu pada H-14. Semakin lam penyimpanan, kadar abu dadih semakin menurun; penurunan pada H-7 dan H-14 diduga berkaitan dengan penyerapan atau penggunaan unsur-unsur abu berupa mineral-mineral yang terkandung dalam susu atau dadih oleh bakteri asam laktat.

Tabel 8. Kadar air selama 14 hari penyimpanan (%)
Hari penyimpanan
ke-
Kombinasi starter
Rataan
A1
A2
A3
A4
0
80,52
83,81
78,08
83,15
81,39
7
82,53
83,02
81,81
83,43
82,70
14
82,21
81,86
81,94
82,43
82,11
Rataan
81,75
82,90
80,61
83,00
82,07
Keterangan:
A1 = L. plantarum, A2 = L. plantarum + L. acidophilus  
A3 = L. plantarum + B. bifidum, A4 = L. plantarum + L. acidophilus  + B. bifidum


Tabel 9. Kadar abu dadih selama 14 hari penyimpanan (% BK)
Hari penyimpanan
ke-
Kombinasi starter
Rataan
A1
A2
A3
A4
0
0,87
0,92
0,89
0,90
0,89a
7
0,87
0,87
0,86
0,85
0,86a
14
0,82
0,82
0,80
0,79
0,81b
Rataan
0,85
0,86
0,85
0,85
0,85
Keterangan:
A1 = L. plantarum, A2 = L. plantarum + L. acidophilus  
A3 = L. plantarum + B. bifidum, A4 = L. plantarum + L. acidophilus  + B. bifidum
Superskrip berbeda dalam kolom yang sama menunjukan berbeda sangat nyata (P<0.01)

Total Asam Tertitrasi
Total asam tertitrasi dadih hasil berbagai kombinasi starter selam 14 hari penyimpanan disajikan pada tabel 10. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa kombinasi starter berpengaruh sangat nyata terhadap total asam tertitrasi dadih yang dihasilkan. Hasil uji lanjut menunjukan bahwa TAT pada kombinasi starter A1 berbeda sangat nyata dengan A2 dan A4 (P<0.01) dan tidak berbeda dengan A3. Sementara itu TAT pada A2 berbeda (P<0.05) dengan A3 dan tidak berbeda nyata dengan A4, kemudian berbeda dengan TAT pada A4 (P<0,01).
Data tabel 10 menunjukan bahwa nilai TAT terbesar terdapat pada A4 yang merupakan kombinasi tiga starter (Lp + La + Bf), kemudian semakin menurun pada A2 (Lp + La), lalu A3 (Lp + Bf) dan paling kecil nilai TAT pada A1 (Lp= starter tunggal). Dari data ini dapat diduga bahwa starter tunggal memproduksi asam laktat yang rendah dibanding starter campuran. Jika starter campuran tersebut terdiri atas 2 spesies bakteri yang termasuk kedalam familli Lactobacillaceae spp. (Perlakuan A2) akan memproduksi asam laktat yang lebih tinggi daripada kombinasi salah satu Lactobacillus dengan B. bifidum. Akan tetapi akumulasi jumlah asam laktat paling banyak diproduksi oleh kombinasi 3 jenis bakteri starter (A4). Demikian juga dengan semakin lamanya penyimpanan, nilai TAT semakin menurun hal ini diduga berkaitan dengan menurunya aktivitas dan populasi bakteri sesuai dengan pola pertumbuhan bakteri secara umum.

Tabel 10. Total asam tertitrasi dadih selama 14 hari penyimpanan (% asam laktat)
Hari penyimpanan
ke-
Kombinasi starter
Rataan
A1
A2
A3
A4
0
2,21
3,02
2,53
3,45
2,28
7
1,98
2,85
2,06
3,30
2,55
14
1,88
2,46
2,04
2,62
2,25
Rataan
2,03b
2,78a
2.21b
3,12 b
2,53


Keterangan:
A1 = L. plantarum, A2 = L. plantarum + L. acidophilus  
A3 = L. plantarum + B. bifidum, A4 = L. plantarum + L. acidophilus  + B. bifidum
Superskrip berbeda dalam kolom yang sama menunjukan berbeda sangat nyata (P<0.01)


Tabel 11. Nilai pH dadih selama 14 hari penyimpanan
Hari penyimpanan
ke-
Kombinasi starter
Rataan
A1
A2
A3
A4
0
4,13
3,72
3,96
3,69
3,87
7
4,25
3,82
4,06
3,74
3,97
14
4,34
3,89
4,11
3,87
4,05
Rataan
4,24a
3,81c
4,04b
3,77 c
3,96
Keterangan:
A1 = L. plantarum, A2 = L. plantarum + L. acidophilus  
A3 = L. plantarum + B. bifidum, A4 = L. plantarum + L. acidophilus  + B. bifidum
Superskrip berbeda dalam kolom yang sama menunjukan berbeda sangat nyata (P<0.01)

Nilai pH
Nilai pH dadih hasil berbagai kombinasi starter selama 14 hari penyimpanan disajikan pada Tabel 11. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kombinasi starter bakteri berpengaruh sangat nyata terhadap nilai pH dadih yang dihasilkan. Hasil uji lanjut menunjukkan nilai pH pada kombinasi A1 berbeda dengan (P<0,01) A2 dan A4, serta berbeda (P<0,05) dengan A3. Sementara itu nilai pH kombinasi starter A2 berbeda nyata dengan A3 dan tidak berbeda nyata dengan A4, sedangkan A3 sangat berbeda nyata dengan A4.
Nilai pH sangat berkaitan dengan nilai total asam tertitrasi, maka dapat dilihat pada Tabel 10, rataan nilai TAT yang dipengaruhi oleh kombinasi bakteri/starter berkorelasi dengan rataan nilai pH akibat pengaruh kombinasi starter. Semakin rendah nilai TAT maka pHnya semakin tinggi. Secara biologis rataan nilai pH dipengaruhi oleh lama penyimpanan yang cenderung meningkat dengan semakin lamanya penyimpanan; sebaliknya nilai TAT yang dipengaruhi lama penyimpanan (Tabel 10) cenderung semakin menurun.


KESIMPULAN

1.        Konsentrasi starter terbaik untuk pembuatan dadih dengan berbagai kombinasi starter adalah 3% dengan perbandingan jumlah yang sama untuk setiap starter.
2.        Semua karakteristik kimiawi dadih sebelum penyimpanan tidak dipengaruhi oleh kombinasi starter yang digunakan.
3.        Terjadi penurunan total asam tertitrasi, kadar lemak dan kadar abu pada dadih yang dihasilkan selama penyimpanan.
4.    Nutrisi semua dadih hasil perlakuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan, akan tetapi dadih hasil kombinasi starter A4 memiliki keunggulan dalam kandungan bakteri probiotik.


DAFTAR PUSTAKA

Azima, F. 1983. Studi Tentang Dadih. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 01-31411998. Susu Segar. Badan Standarisasi Nasional, Departemen Perindustrian RI, Jakarta.
Bottazi, V. 1983. Other fermented dairy product. In: Biotechnology, Food and Feed Production with Microorganism, Vol. 5. Verlag Chemie, Florida.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet & M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan: H. Purnomo dan Adiono. UI Press, Jakarta.
Bylund, G. 1995. Dairy Processing Handbook. Tetra Pak Processing Systems AB, Sweden.
Dewan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-29811992. Standar Kualitas Yoghurt. Pusat Standarisasi Industri, Departemen Perindustrian RI, Jakarta.
Frazier, W.C. & P.C. Westhoff. 1978. Food Microbiology. Tata McGraw-Hill Company Limited, New Delhi.
Frobisher, M.R., R.D. Hinsdill, K.T. Crabtree & C. Goodheart. 1974. Fundamentals of Microbiology. W. B. Saunders Company, London.
Hosono, A. 1992. Fermented Milk in The Orient. In: Functions of Fermented Milk, Challenges for Health Science. Y. Nakazawa & A. Hosono (ed.). Elsevier Applied Science Publishers Ltd., London.
Oberman, H. 1985. Fermented Milk. In : Microbiology of Fermented Food. Elsevier Applied Science Publishers Ltd., London.
Overby, A.J. 1988. Microbial Cultures for Milk Processing. In: Meat Science and Technology. Elsevier Science Publishers B.V., New York.
Sirait, C.H. 1993. Pengolahan Susu Tradisional untuk Perkembangan Agroindustri Persusuan di Pedesaan. Laporan Penelitian. Balai Peternakan Ciawi, Bogor.
Sirait, C.H., N. Cahyadi, T. Pangabean & I.G. Putu. 1995. Identifikasi dan Pembiakan Kultur Bakteri Pengolah Dadih. Laporan Akhir Kegiatan Penelitian, Program Penelitian Ruminansia Besar, Balai Penelitian Tenak Ciawi, Bogor.
Steel, R.G.D. & J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan: B. Sumantri. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sudono, A., I.K. Abdulgani, H. Nadjib & R.R.A. Maheswari. 1999. Penuntun Praktikum Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sughita, I.M. 1985. Dadih : Olahan Susu Kerbau Tradisional Minang, Manfaat, Kendala, dan Prospek dalam Era Industrialisasi Sumatera Barat. Seminar Penerapan Teknologi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Medan.
Surono, I.S., K.D. Jenny, A. Tomomatsu, A. Matsuyama & A. Hosono. 1984. Higher Plant Utilization as Coagulant for Making Native Milk Products in Indonesia. In: Traditional Food Fermentation as Industrial Resources in ASCA Countries. S. Saono (ed.). Elsevier Applied Science Publishers Ltd., London.
Syahrir, I. H. 2002. Karateristik fisik, kimia dan mikrobiologi dadih susu sapi dengan kombinasi starter Lactobacillus plantarum, Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tamime, A.Y. & R.K. Robinson. 1999. Yoghurt Science and Technology. CRC Press. Washington DC.
Taufik, E. 2003. Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologi Dadih Susu Sapi Hasil Kombinasi Berbagai Starter Probiotik. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor, Bogor.





MELENGKAPI :

Karakteristik Susu
Susu sapi yang masih segar (mentah) pada umumnya terdiri dari sebagian besar air (87,6%), protein (3,3%), lemak (3,8%) laktosa (4,7%) dan abu (0,7%) (Priesley, 1979). Selain itu terdapat sejumlah kecil vitamin yang larut dalam air dan lemak serta enzim-enzim.
Secara kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam mineral, protein dalam bentuk suspensi koloidal (Rahman et al., 1992). Lemak susu merupakan komponen paling penting berbentuk butiran yang mengandung asam lemak jenuh (65-75%), asam lemak tidak jenuh (25-30%) dan asam lemak tidak jenuh ganda sebesar 4% (Buckle et al., 1985). Protein utama susu adalah kasein dalam bentuk koloidal dalam susu dan serum “whey” dalam bentuk cairan yang jumlahnya mencapai 0.5 - 0.7% ( Buckle et al., 1985). Sekitar 80% dari protein susu berupa kasein. Karbohidrat susu adalah laktosa terdiri dari glukosa dan galaktosa (Fennema, 1985). Mineral yang ada pada susu adalah K, Ca, Cl, F, Na, Mg dan sulfur juga terdapat vitamin yang larut dalam lemak seperti A, D dan E serta vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin C, D, B (Thiamin, riboflavin, niacin, pantothenic, asam folat, biotin, piridoxin dan vitamin B12) (Buckle et al., 1985).Komposisi nilai gizi susu ervariasi tergantung jenis ternak. Susu sapi mengandung protein 3,3% dan lemak 3%. Nilai tersebut relatif lebih rendah dibandingkan susu kambing, susu domba dan susu kerbau.
Nutrisi yang tinggi pada susu tentunya merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan mikro organisme patogen maupun saprofit. Menurut Dwidjoseputro (1990) bakteri yang selalu ada dalam susu adalah bakteri penghasil asam susu, sebagian besar dari famili Lactobacteriaceae dan Streptococcus lactis. Beberapa species Micrococcaceae sering berada dalam susu yang kurang terjaga kebersihannya. Spesies ini menyebabkan susu menjadi asam. Famili Enterobacteriaceae, terutama Escherichia coli dan Aerobacter aerogenes kerap kali ditemukan dalam susu. Kedua spesies ini dapat menyebabkan fermentasi terhadap laktosa. Kerusakan susu mengakibatkan susu tidak dapat dikonsumsi, karena susu pecah, berbau dan terasa asam.

Susu Fermentasi
  Susu fermentasi merupakan salah satu produk susu yang berkonsistensi gel seperti fla custard dengan rasa dan aroma khas. Proses fermentasi susu menghasilkan produk dengan flavor yang disukai serta tekstur lembut. Komponen susu yang paling berperan selama proses fermentasi adalah laktosa dan kasein. Laktosa digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber karbon dan energi dengan hasil metabolismenya adalah asam laktat yang menyebabkan pH susu turun. Suasana asam (pH rendah) menyebabkan keseimbangan kasein terganggu dan pada titik isoelektrik (pH = 4.6), kasein akan menggumpal membentuk koagulan sehingga terbentuk susu semi padat (Helferich dan Westhoff, 1980). Menurut Rahman et al. (1992) pada kondisi tersebut kasein susu bermuatan negatif sedangkan molekul asam laktat selama proses fermentasi bermuatan positif. Persinggungan antara kasein dan asam laktat menyebabkan terjadinya proses netralisasi sehingga kasein mengendap.

Dadih : Susu Fermentasi
Dadih biasanya terbuat dari fermentasi susu kerbau yang disimpan di dalam ruas bambu segar, ditutup menggunakan daun pisang atau plastik kemudian didiamkan dalam suhu ruang (250–300C) selama 24 – 48 jam. Setelah waktu tersebut, dengan bantuan berbagai mikroba yang ada di dalam bambu, air susu akan menggumpal menjadi semi padat seperti puding atau tahu putih. Terbentuknya gumpalan atau pasta ini sebagai akibat penurunan pH oleh aktivitas proses fermentasi. Penuruan pH juga yang menyebabkan rasanya agak asam karena terbentuknya asam laktat sebagai produk utama hasil metabolisme bakteri asam laktat. Dadih memiliki aroma, cita rasa dan penampilan yang khas karena adanya pencampuran aroma susu dan bambu. Warna dadih putih kekuningan dan berasa asam.
Sayuti (1992) menyebutkan bahwa ada tiga hal pokok dalam proses pembuatan dadih yaitu persiapan bambu, pemerahan dan proses terjadinya dadih. Bambu yang digunakan adalah jenis bambu gombong (Gigantochloa verticilate) dan bambu ampel (Bambusa vulgaris). Jenis bambu tersebut dipilih karena rasanya pahit sehingga tidak disukai semut. Selanjutnya dadih ditutup daun talas, daun pisang, plastik mapun tanpa penutup. Dadih terbentuk karena proses penggumpalan susu kerbau yang disebabkan oleh adanya asam-asam yang dihasilkan dari perubahan karbohidrat dalam susu kerbau oleh mikroba tertentu (Asria, 1986).
Pada dadih ditemukan Enterobacter aerogenes yang memfermentasi laktosa menjadi glukosa, Bacillus subtilis yang mendegradasi kasein, dan Candida blankii yang memfermentasi glukosa menjadi asam.  Dua mikroba terakhir dianggap berkontribusi terhadap pembentukan curd. Dari dadih juga telah di isolasi bakteri asam laktat (BAL) Lactobacillus plantarum (Sirait, Cahyadi, Pangabean dan Putu; 1995).  BAL ini kemudian digunakan dalam komposisi inokulum untuk fermentasi susu sapi seperti yang dilakukan oleh Taufik (2005) dan Sunarlim, Setiyanto, Poeloengan (2007) . Produk yang dihasilkan, karena mirip dadih, mereka sebut sebagai dadih susu sapi.
Istilah bakteri asam laktat (BAL) mulanya ditujukan hanya untuk sekelompok bakteri yang menyebabkan keasaman pada susu (milk-souring organisms). Secara umum BAL didefinisikan sebagai suatu kelompok bakteri gram positif, tidak menghasilkan spora, berbentuk bulat atau batang yang memproduksi asam laktat sebagai produk akhir metabolik utama selama fermentasi karbohidrat. BAL dikelompokkan ke dalam beberapa genus antara lain Streptococcus (termasuk Lactococcus), Leuconostoc, Pediococcus Lactobacillus. Sebagai makanan fermentasi tradisional, mikroba utama yang terlibat selama proses fermentasi dadih adalah bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat dari dadih telah berhasil diisolasi dan teridentifikasi sebanyak 36 strain (Surono et.al., 1983; Hosono et.al., 1989). Menurut Surono dan Hosono (1999), bakteri asam laktat asal dadih yaitu Laktobacillus casei sub sp casei, Leuconostoc paramesenteroides, Enterococcus faecalis sub sp liguefaciens, Lactococcus lactis sub sp lactis (Surono dan Hosono, 1999).
Bakteri asam laktat yang terdapat di dalam susu fermentasi dapat memecah laktosa yang tidak dapat dipecah oleh galaktosidase. Laktosa tadi kemudian diubah menjadi asam laktat. Selain itu, kayanya kandungan bakteri asam laktat otomatis membuat kadar gula susu fermentasi menjadi jauh lebih rendah daripada kadar laktosa susu segar. Akumulasi asam laktat pada susu fermentasi juga menghambat pertumbuhan mikroba patogen dan pembusuk, sehingga umur simpannya bisa lebih panjang dibandingkan susu segar
Adanya proses fermentasi oleh bakteri penghasil asam laktat (BAL), 30-40% laktosa akan terurai menjadi glukosa dan galaktosa yang mudah diserap tubuh. Jika BAL (khususnya spesies Lactobacillus casei, Lactobacillus acidophilus, dan Bifidobacteium sp) tetap hidup dalam saluran pencernaan, peruraian laktosa akan terus berlanjut. Adanya BAL juga akan mengurangi rantai panjang 8 asam amino esensial, karena 50% materi sel BAL tersusun dari protein. Selain itu, pada susu fermentasi tidak terdapat pembatas atau inhibitor, seperti tanin, tripsin (pada kedelai), dan laktenin. Bersama karbohidrat, protein susu terfermentasi oleh BAL akan menghasilkan aroma, khususnya odor yang menyenangkan karena adanya senyawa volatil (asetaldelhida, diasetil, etanol, dan aseton)
Karakteristik utama dari semua bakteri asam laktat adalah membentuk asam laktat. Dikenal fermentasi homolaktat yang dilakukan oleh bakteri asam laktat homofermentatif diantaranya Lactobacillus dan Streptococcus dan Betabakteri (L. brevis dan fermentum) adalah gram positif, katalase negatif dan mikroaerophil sampai anaerob dan genus Pediococcus juga termasuk golongan bakteri ini. Bakteri golongan ini dapat menghambat bakteri pembusuk karena produksi asam laktatnya yang tinggi, hingga sering digunakan dalam pengawetan makanan. Karena bakteri ini memproduksi asam laktat murni (L. delbruekii), maka bakteri ini juga sangat penting dalam pembuatan asam sedangkan Lactobacillus termasuk bakteri asam laktat yang penting dalam pembentukan aroma. Grup bakteri asam laktat lainnya dikenal bersifat heterofermentatif, karena selain memproduksi asam laktat juga memproduksi CO2, asam asetat dan ethanol.
Streptococcus adalah bakteri asam laktat bentuk coccus, tergolong bakteri gram positif, bersifat anaerob fakultatif, diantaranya jenis S. lactis. Mirip secara morphologi dan dalam hubungan metabolisme dengan Leuconostoc. Leuconostoc adalah bakteri asam laktat bentuk kokkus kebanyakan bentuk bola tapi juga bentuk linsen, kadang-kadang berpasangan atau bentuk rantai, gram positif, anaerob fakultatif, tidak bergerak, termasuk Streptococcaceae, thermostabil. Beberapa jenis membentuk dextran yang berlendir dari sakarosa, asam laktat, diacetyl diantaranya membentuk zat aroma. Jenis diantaranya L. Mesenteroides. Bakteri pembentuk cita rasa atau aroma akan memecah asam sitrat dan laktosa yang keduanya merupakan komponen susu, melalui asam piruvat membentuk asam laktat, etil alkohol, 2,3 butenediol dan diacetyl.
Beberapa keunggulan dadih diantaranya memiliki nilai gizi lebih tinggi dari bahan asalnya. Kandungan nutrisi pada dadih yang dibuat dari susu kerbau memiliki kadar air sekitar 69 – 73 %, protein 6,6 - 5,7%, lemak 7,9-8,2%, kadar asam 0,96-1 % (Afriani, 2008). Dadih dapat dikonsumsi oleh golongan lactose intolerence, dapat mengendalikan dan meningkatkan kesehatan usus serta lebih mudah diserap oleh tubuh (Sugitha et al.,1999).

Karakteristik Mikrobiologis Dadih Susu Sapi
Apabila penelitian ini juga melakukan penelitian terhadap karakteristik mikrobiologis dadih susu sapi, maka total bakteri asam laktat (BAL) juga dimasukan dalam pembahasan. Total BAL yang di peroleh sesuai dengan perlakuan kombinasi starter, dengan satuan yang digunakan cfu/mL. Jumlah populasi bakteri asam laktat dalam suatu produk susu fermentasi menjadi indikator kualitas mikrobiologis produk tersebut.

Misalnya tabel yang di peroleh adalah sebagai berikut:
Karakteristik mikrobiologis dadih susu sapi
Peubah
Kombinasi starter
A1
A2
A3
A4
Total BAL (cfu/mL)
0,33 x 1011
3,38 x 1011
2,43 x 1011
1,09 x 1011
Keterangan:
A1 = L. plantarum, A2 = L. plantarum + L. acidophilus  
A3 = L. plantarum + B. bifidum, A4 = L. plantarum + L. acidophilus  + B. bifidum
Semua nilai diatas merupakan rataan dari tiga ulangan

 Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kombinasi starter yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap total bakteri asam laktat yang dihasilkan.  Total bakteri asam laktat yang dihasilkan dari starter tunggal dan kombinasi berkisar antara 0,33 x 1011 - 3,38 x 1011 cfu/mL. Hasil ini lebih tinggi dari laporan Azima (1996) yang mendapatkan total bakteri pada dadih susu sapi, yaitu 3,5 x 1010 cfu/mL. Pada beberapa penelitian lainnya dilaporkan bahwa total bakteri pada dadih susu sapi yang difermentasi dengan berbagai starter probiotik berkisar antara 5,4 x 108 - 1,2 x 109 cfu/mL (Taufik, 2004), 7,6 x 109-1,30 x 1012 cfu/mL (Adriani, 2005). Lebih lanjut Melia dan Sughita (2007) melaporkan bahwa total bakteri dadih susu sapi dengan menggunakan starter L. Lactis yang difermentasi selama 24-72 jam berkisar antara 50 x 105 sampai dengan 133 x 105 cfu/g.
Menurut Fuller (1992) bahwa jumlah bakteri asam laktat yang diperlukan untuk dikonsumsi dan baik untuk kesehatan adalah berkisar antara 107-109 cfu/mL. Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa total bakteri asam laktat yang diperoleh lebih tinggi dan dapat dikatakan bahwa starter tumbuh dengan baik selama proses fermentasi.

Uji Organoleptik
Penelitian tentang fermentasi dadih susu sapi ini juga dapat ditambah dengan pengujian organoleptik adalah uji penerimaan (preference test), yaitu uji hedonik. Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui apakah suatu komoditi dapat diterima oleh masyarakat, panelis diminta tanggapan tentang kesukaan atau ketidak-sukaan pada komoditi tersebut. Pengujian meliputi penampakan warna, aroma, rasa, viscositas dan tekstur.
Misalnya : Uji organoleptik terhadap dadih dilakukan oleh 30 orang panelis.

DAFTAR PUSTAKA:
Adriani L. 2005. Bakteri probiotik sebagai starter dan implikasinya terhadap kualitas yoghurt, ekosistem saluran pencernaan dan biokimia darah mencit. Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung.
Afriani, 2011. Karakteristik Dadih Susu Sapi Hasil Fermentasi Beberapa Starter Bakteri
Asam Laktat Yang Diisolasi Dari Dadih Asal Kabupaten Kerinci. Jurnal penelitian. Sumber : http://online-journal.unja.ac.id/index.php/Agrinak/article/view/6/6
Azima F. 1996. Evaluasi mutu dadih yang dibuat dari beberapa jenis susu dan campurannya. Jurnal Penelitian Andalas, Edisi Ilmu Peternakan. 22(8): 72-79

Fuller R. 1992. History and development of probiotic. In: Fuller R., Editor. Probiotic the Scientific Basic. Chapman and Hall.

ASUHAN GIZI

. PEMERINTAH DAERAH PROVINSI...................... RSU ............................... FORMULIR CATATAN ASUH...