Thursday, May 22, 2014

Penentuan Vitamin C Metode Iodometri

1.    Judul Praktikum :
Penentuan Vitamin C Metode Iodometri

2.    Tanggal Praktikum :
Jumat, 11 Mei 2012

3.    Tujuan Praktikum :
Menentukan kadar dari Asam askorbat berdasarkan reaksi oksidasi reduksi berdasarkan metode iodometri-iodimetri.

4.    Prinsip
Penentuan kadar Vitamin C secara volumetri dengan metode iodimetri berdasarkan reaksi oksidasi reduksi antara sampel sebagai reduktor dengan larutan baku I2 0,01 N sebagai oksidator dalam suasana asam dengan menggunakan indikator larutan kanji dengan titik akhir ditandai dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi biru..

5.    Reaksi :
C6H8O6 + I2                    C6H6O6I2 + H2

6.    Tinjauan Pustaka :
Vitamin merupakan mikronutrien organik esensial. Nama vitamin pertama kali digunakan bagi mikronutrien organik spesifik yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit kekurangan gizi yang di sebut beri-beri, selain itu juga untuk menjegah terjadi nya sariawan, dan lain sebagainya. Karena faktor ini mempunyai sifat-sifat suatu arin, maka Casimir Funk,seorang ahli biokimia Polandia menyebutnya vitamine. Kemudian setelah sejumlah mikronutrien organik esensial lainnya ditemukan huruf “e”,ditiadakan karena ditemukan bahwa tidak semua vitamin merupakan amin.
Asam askorbat (vitamin C) banyak diperlukan dalam metabolisme. Sumber vitamin C adalah buah sitrun ,arbei, semangka, cabai, tomat,apel, jeruk, kol merah, dan sayur – sayuran yang berdaun hijau. Meskipun telah diketahui sejak tahun 1970-an, bahwa suatu faktor di dalam jeruk mencegah penyakit sariawan. Faktor tersebut belum diisolasi dan diidentifikasi sampai tahun 1933 ,ketika C. Glenking dan Waught di Amerika ,akhirnya mengisolasi faktor anti sariawan dari sari jeruk .
Vitamin C mungkin merupakan vitamin yang larut dalam air yang paling kurang stabil. Vitamin C tahan terhadap pembekuan
Vitamin C adalah vitamin anti-skorbat. Dijumpai dalam banyak buah-buahan, khususnya dalam jeruk dan sayuran. Penting untuk perkembangan yang sehat bagi semua jaringan ikat. Menambah kekebalan terhadap infek dan membantu penyembuhan luka dan fraktur kekurangan akan vitamin ini menimbulkan pendarahan bawah kulit (Evelyn C. Pearce, 2006 : 173).
Vitamin C sebagai anti-oksidan selain dapat memperbaiki sel tubuh dan jaringan kulit yang rusak akibat radikal bebas. Dalam merawat kecantikan, vitamin C memiliki peran penting dalam melancarkan peredaran darah sehingga kulit terlihat lebih segar. Vitamin ini juga akan merangsang pembentukan kolagen kulit dan menjaganya dari kerusakan. Vitamin C memiliki sifat sebagai water holder (menyimpan air) sehingga mampu menjaga kelembapan kulit dan mencegah dari kekeringan (Wikipedia, 2010 : 1).
Asam askorbat dinamakan pula sebagai vitamin C yang berupa Kristal putih, mempunyai rasa asam, tidak berbau. Dalam larutan vitamin C mudah rusak, karena dioksidasi oksigen udara, lebih stabil dalam bentuk kristal kering. Memiliki struktur yang mirip dengan struktur monosakarida, mengandung gugus enediol yang melepaskan hidrogren terbentuk dehidroaskorbat. Asam askorbat dan dehidroaskorbat, kedua-duanya fisiologis aktif.
Asam askorbat nampaknya berfungsi sebagai kofaktor di dalam hidroksida enzimatik residu prolin pada kalogen dari jaringan pengikat vertebrata, membentuk residu 4-hidroksi-prolin. Residu hidroksi prolin ditemukan hanya pada kalogen dan tidak ada pada protein hewan lainnya. Walaupun asam askorbat kelihatannya berfungsi dalam pembentukan dan pertahankan komponen utama pada jaringan pengikat hewan tingkat tinggi, tetapi masih belum dapat dipastikan bahwa fungsi ini merupakan satu-satunya atau bahkan fungsi utama vitamin ini (Lehninger, Albert, 1982 : 298).
Sumber vitamin C yang baik adalah buah-buahan dan sayuran segar. Bagian buah dengan kandungan vitamin C terbanyak adalah bagian kulitnya, kemudian bagian dagingnya dan terakhir bagian bijinya (Hardjasasmita, Pandjita, 1991 : 91).
Kadar vitamin C yang ditetapkan secara iodimetri menggunakan iod sebagai penitar. Vitamin C dalam Contoh bersifat reduktor kuat akan dioksidasikan oleh I2 dalam suasana asam dan I2 tereduksi menjadi ion iodide. Indikator yang digunakan adalah kanji dengan titik akhir biru.
Penetapan vitamin C dapat dilakukan dengan analisis iodometri yang merupakan reaksi oksidasi reduksi. Kelarutan dari iodin meningkat lewat kompleksasi oleh iodida untuk membentuk triiodida. Triiodida kemudian mengoksidasi vitamin C (C6H8O6) menjadi asam dehidroaskorbat (C6H6O6).
Titik akhir dari reaksi ini diindikasikan oleh reaksi dari iodin dengan larutan pati (starch) yang akan membentuk warna biru gelap. Selama vitamin C masih terdapat dalam larutan, triiodida secara cepat dikonversi menjadi ion iodida sehingga tidak ada warna biru gelap yang terbentuk dari reaksi antara iodin - pati. Namun ketika vitamin C telah dioksidasi, maka triiodida berlebih dalam kesetimbangan dengan iodin akan membentuk warna biru gelap akibat reaksi dengan pati.
Setelah vitamin C habis bereaksi dengan I3maka I3yang tersisa akan dititrasi dengan larutan thiosulfat seperti persamaan reaksi di bawah ini. Penambahan pati berfungsi sebagai indikator, di mana pati akan membentuk kompleks berwarna biru dengan I3-. Bila I3- sudah habis bereaksi menjadi I- maka warna biru yang terbentuk akan hilang.
Vitamin C mempunyai rumus C6H8C6 dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tak berwarna, tidak bau dan mencair pada suhu 190-1920C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Sifat yang paling utama dari vitamin C adalah kemampuan mereduksi yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh beberapa logam terutama Cu dan Ag (Patricia, 1983).
Penetapan vitamin C ini dilakukan dengan metode titrasi Iodimetri yaitutitrasi dengan Isebagai titernya. Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan ataupenetapan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksidengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide.Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiternya. Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor , sebab bila suatu unsur bertambah bilanganoksidasinya (melepaskan electron), maka harus ada suatu unsur yang bilanganoksidasinya berkurang atau turun (menangkap electron). Jadi, tidak mungkin hanyaada oksidator saja ataupun reduktor saja (Wiryawan dkk, 2008)..Dalam metode analisis ini, sampel dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida.
 Iodium merupakan oksidator lemah, sehingga hanyaz at-zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi.I ndikator yang digunakan yaitu amilum sebanyak 2 mL dan akan memberikan warna biru pada titik akhir titrasi. Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes titran, perubahan warna yang terjadi pada larutan akan semakin jelas dengan penambahan indikator amilum/kanji (Basset, 1994). Iod merupakan zat padat yang sukar larut dalam air (0,00134 mol/L) padasuhu 250C, namun sangat larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iodiummembentuk kompleks triiodida dengan iodida
Larutan iodium merupakan larutan yang tidak stabil, sehingga perludistandarisasi berulang kali. Sebagai Oksidator lemah, iod tidak dapat bereaksiterlalu sempurna, karena itu harus dibuat kondisi yang menggeser kesetimbangankearah hasil reaksi antara lain dengan mengatur pH atau dengan menambahkanbahan pengkompleks. 
Titrasi dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indicator dimana titik akhir titrasi diketahui dengan terjadinya kompleks amilum-I2 yang berwarna biru tua.Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unti-unit glukosa membentuk rantai heliks karena adanya ikatan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menybabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya., sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Warna biru akan terlihat bila konsentrasi ios 2 X 10-5M. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum mempunyai kelarutan kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada titik akhir reaksi (Khopkar, 2002).  

7.    Alat dan Bahan :
Alat:                                                                        Bahan:
-       Gelas arloji                                                        -   Jambu biji
-       Spatula                                                               -   Larutan standar vitamin C
-       Gelas kimia                                                        -   Iodium 0,01 N
-       Batang pengaduk                                              -   Amilum 1%
-       Labu seukuran 100 ml                                       -   Akuades
-       Corong
-       Pipet
-       Gelas ukur
-       Erlenmeyer
-       Buret (statif dan klem buret)

8.    Prosedur Praktikum :
1.      Timbang 300 gram bahan, hancurkan dalam waring blender sampai diperoleh slurry.
2.      Timbang 10-30 gram slurry masukkan ke dalam labu seukuran 100 ml, tambahkan aquades sampai tanda batas, kocok.
3.      Saring dengan menggunakan kertas saring.
4.      Ambil 25 ml filtrate ddengan pipet dan masukkan ke dalam Erlenmeyer.
5.      Tambahkan 2 ml amilum 1% tambahkan 20 ml aquades bila perlu.
6.      Titrasi dengan larutan standar iodium 0,01 N.

9.    Hasil Praktikum dan Perhitungan           :
= 11,5 x 0,176 x 0,04998 x 0,004
= 0, 4046
=4,05 x 10-4
10.    Pembahasan Hasil :
Dari hasil praktikum didapatkan kadar vitamin C pada jambu biji sebesar 4,05 x 10-4 mg. Hasil itu didapatkan dengan titrasi slurry jambu biji dengan titer Iodium 0,01 N sebanyak 13,8 ml. Sedangkan untuk titrasi standarnya yaitu sebesar 1,2 ml.
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Vitamin C dapat ditemukan pada sayur dan buah-buahan. Kelebihan vitamin C akan dikeluarkan melalui urine, sedangkan kekurangan vitamin ini akan menyebabkan penyakit sariawan atau askorbut dengan gejala pendarahan disekitar gusi, gigi, usus, menurunnya jumlah sel darah merah dan kerusakan sumsum.
Penentuan kadar vitamin C dalam tablet atau dalam sari buah dapat ditentukan melalui titrasi. Jenis titrasi yang digunakan termasuk dalam titrasi iodometri. Titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion Iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantatif dan dititrasi dengan larutan standar atau asam. Titrasi Iodometri ini termasuk golongan titrasi redoks yang mengacu pada transfer elektron. Titrasi iodometri dapat dibedakan menjadi titrasi langsung dan titrasi tidak langsung. Titrasi langsung merupakan titrasi yang menggunakan alat sebagai titrat atau titran. Sementara itu pada titrasi tak langsung, alat tidak langsung terlibat dalam tahap titrasi (Harjadi 1986).
Sebenarnya, titrasi ini dapat dilakukan tanpa indikator karena warna iodin yang ditritasi akan lenyap bila titik akhir tercapai. Warna yang terjadi ialah coklat tua menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning muda, sampai warna benar-benar lenyap. Namun untuk lebih mudahnya, ditambahkan amilum sebagai indikator. Amilum dapat membentuk kompleks berwarna biru tua bila bereaksi dengan iodin. Penambahan amilum dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi yaitu saat warna menjadi kekuningan. Reaksi kimia yang terjadi saat titrasi berlangsung lambat dalam larutan netral tetapi lebih cepat dalam larutan berasam. Berdasarkan data hasil percobaan dapat diketahui bahwa 
Hasil yang didapat tidak terlepas oleh adanya berbagai kesalahan yang mungkin terjadi. Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi antara lain kurang akurat yang dipengaruhi oleh adanya kesalahan oksigen. Adanya oksigen di udara dapat menyebabkan hasil titrasi terlalu tinggi karena dapat mengoksidasi ion iodida menjadi iodin. Selain itu, pH tinggi dapat menyebabkan bereaksinya iodin dengan air sehingga menyebabkan penggunaan larutan tiosulfat menjadi menurun.
Kesalahan lain yang terjadi saat praktikum adalah kurang teliti dalam pembacaan buret, sehingga mempengaruhi volume terpakai untuk mentitrasi tersebut. Selain itu blanko yang harusnya menjadi patokan warna tak dapat menjadi pembanding untuk kedua sampel yang digunakan karena hasilnya berlainan. Ataupun pemberian amilum yang terlalu awal juga dapat mempengaruhi hasil secara signifikan.

11.    Kesimpulan :
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa volume titrasi sampel lebih besar daripada volume titrasi standar. Volume iodium 0,01 N titrasi sampel yaitu sebanyak 13,8 ml. Sedangkan, untuk volume iodium 0,01 N titrasi stnadar yitu sebanyak 1,2 ml. Dari hasil titrasi tersebut didapatkan kadar vitamin C pada jambu biji sebesar 4,05 x 10-4 Hasil ini jauh dari standar kadar vitamin C pada jambu biji yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan danya perbadaan mengenai warna titrasi akhir yang seharusnya yaitu biru tua, selain itu bias juga dari hilangnya kadar I2 saat titrasi. Iodium ini memiliki sifat capat menguap di udara bebas. Oleh karena itu, titrasi harus dilakukan dengan tetesan cepat dan goyangan lambat.

12.    Daftar Pustaka :
Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


No comments:

Post a Comment

ASUHAN GIZI

. PEMERINTAH DAERAH PROVINSI...................... RSU ............................... FORMULIR CATATAN ASUH...