1.
Judul Praktikum :
Penentuan
Reducing Sugar Metode Lane Eynon (hidrolisa)
2.
Tanggal Praktikum :
Jumat, 23 Maret
2012
3.
Tujuan Praktikum :
a.
Tujuan Umum
Mengetahui
adanya kadar gula pereduksi pada bahan pangan dengan metode Lane-Eynon.
b.
Tujuan Khusus
- Menggunakan metode Lane-Eynon dengan
cara hidrolisa.
- Memahami reaksi–reaksi yang terjadi pada
senyawa karbohidrat dengan metode Lane-Eynon.
- Menghitung
kadar gula pada bahan pangan dengan menggunakan tabel reducing sugar
4.
Prinsip
Gula mereduksi
Cupro (Cu2+) dalam suasana alkali. Setelah semua kuper direduksi,
gula akan mereduksi methylen blue menjadi methylen white.
5.
Reaksi :
- 2 Cu2+
+ 2 OH- + 2e à Cu2O + H2O
- RCHO + 2OH-
à RCOOH + H2O + 2e
- RCHO + 2 Cu2
+ 4OH- à RCOOH + Cu2O + 2 H2O
6.
Tinjauan Pustaka :
Karbohidrat merupakan senyawa polihidroksiketon atau
polihidroksialdehid yang mengandung unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.
Karbohidrat sangatlah beragam sifatnya. Salah satu perbedaan utama antara
berbagai tipe karbohidrat adalah tipe molekulnya. Berbagai senyawa yang
termasuk karbohidrat mempunyai berat molekul yang berbeda yaitu dari senyawa
yang sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga 50.000 bahkan
lebih. Berbagai senyawa tersebut digolongkan menjadi tiga golongan yaitu
golongan monosakarida, disakarida dan polisakarida.
Sebagian
karbohidrat bersifat gula pereduksi. Gula pereduksi adalah golongan gula
(karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron. Contohnya
adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang
mengandung gugus aldehida atau keton bebas. Semua monosakarida (glukosa,
fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa,maltosa), kecuali sukrosa dan pati
(polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi.
Umumnya gula
pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktivitas enzim, di mana
semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang
dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi diukur dengan
menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat/dinitrosalycilic acid (DNS) pada
panjang gelombang 540 nm. Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan,
semakin banyak pula gula pereduksi yang terkandung.
Gugus aldehida
atau gugus keton monosakarida dapat direduksi secara secara kimia menjadi , misalnya
D-sorbito yang berasal dari D-glukosa.
Contoh gula
nonpereduksi: sukrosa, rafinosa, stakiosa, dan verbakosa. Sukrosa tidak
mempunyai gugus OH bebas yang reaktif karena keduanya sudah saling terikat,
sedangkan laktosa mempunyai OH bebas pada atom C-1 pada gugus glukosanya,
karena itu laktosa bersifat pereduksi sedangkan sukrosa bersifat nonpereduksi.
Fruktosa
dikatakan gula non pereduksi, padahal dalam faktanya fruktosa adalah gula
pereduksi karena mengandung gugus ketosa. Tetapi, gugus ketosa pada atom C no 2
fruktosa ini menyebabkan fruktosa tidak mempunyai atom H yang dapat mereduksi
reagen, yang artinya fruktosa tidak dapat mereduksi reagen, sehingga fruktosa
merupakan gula non pereduksi.
Beberapa
metode kimia untuk penentuan monosakarida dan oligosakarida dipisahkan
berdasarkan banyaknya agen perduksi yang dapat bereaksi dengan senyawa lain
untuk diendapkan atau membentuk warna secara kuantitatif . Konsentrasi dari
karbohidrat dapat ditentukan dengan metode gravimetri , spektrofometri, dan
titrasi volumetri.
Penentuan gula dengan
metode Lane-Eynon adalah dengan cara menitrasi reagen Soxhlet (larutan CuSO4,
K-Na-tartat) dengan larutan gula yang diselidiki. Banyaknya larutan contoh yang
dibutuhkan untuk menitrasi reagen Soxhlet dapatdiketahui
banyaknya gula yang ada dengan melihat pada tabel Lane-Eynon. Agar diperoleh penentuan
yang tepat maka reagen Soxhlet perlu distandarisasi dengan
larutan gula standar. Standarisasi ini dikerjakan untuk menentukan
besarnya faktor koreksi dalam menggunakan tabel Lane-Eynon.Pada
titrasi reagen Soxhlet dengan larutan gula akan berakhir apabila warna larutan
berubah dari biru menjadi tidak berwarna. Indikator yang digunakan pada
cara ini adalah methilen biru.
Metode
Lane-eynon adalah metode titrasi (volumetri) untuk penentuan gula pereduksi.
Penentuan gula reduksi dengan metode ini didasarkan atas pengukuran standar
yang dibutuhkan untuk mereduksi preaksi tembaga basa yang diketahui volumenya.
Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan hilangnya warna indikator metilen biru.
Titik akhir titrasi merupakan jumlah yang dibutuhkan untuk mereduksi semua
tembaga. (Apriyanto, 1989).
Titrasi lane
eynon digunakan untuk menghitung kadar gula tereduksi. Melalui metode ini dapat
diketahui sisa gula reduksi yang terdapat dalam larutan, sehingga dapat
dihitung berapa konversi yang diperoleh.
Titrasi ini
menggunakan indikator metilen biru. Perubahan warna yang terjadi adalah dari
biru hingga semua warna biru hilang berganti menjadi kemerahan yang menandakan
adanya endapan tembaga oksida. Warna dapat kembali menjadi biru karena
teroksidasi oleh udara. Untuk mencegah hal tersebut, titrasi dilangsungkan
dengan mendidihkan larutan yang dititrasi sehingga uap dapat mencegah kontak
dengan udara dan mencegah terjadinya oksidasi kembali.
Metode ini didasarkan
pada sifat aldehid dan keton yang dapat mereduksi larutan alkali, dalam hal ini
digunakan tembaga tartrat yang dikenal sebagai larutan Fehling. Larutan Fehling
yang digunakan merupakan campuran larutan tembaga sulfat dan laruta alkali
tartrat. Gula reduksi merupakan reduktor kuat sedangkan Cu2+ merupakan
oksidator lemah. Gula mereduksi Cu2+ membentuk endapan Cu2O yang berwarna merah
bata.
Metode Lane-Eynon
digunakan untuk menentukan dekstrosa , maltose dan gula terkait yang terkandung
dalam sirup glukosa dengan cara mereduksi tembaga sulfat (CuSO4) dalam larutan
fehling (Pancoast, 1980). Dalam pereaksi fehling ion Cu++ direduksi menjadi Cu+
yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O
(Poedjiadi, 1994).
Metode Lane Eynon
merupakan metode penentuan secara volumetri dengan pereaksi Fehling A dan
Fehling B merupakan campuran garam saitgnette(C4H4KnaO6.4H2O) dan
NaOH.
Gula Reduksi dengan
larutan Fehling B akan membentuk enediol,yang kemudian enediol ini akan
bereaksi dengan ion kupri (Fehling A) akan membentuk ion kupro dan campuran dan
campuran asam-asam. Selanjutnya ion kupro dalam suasana akan membentuk kupro
oksida yang dalam keadaan panas mendidih akan mengendap menjadi endapan kupro
oksida (Cu2O).
Terbentuknya endapan
berwarna merah yaitu kupro oksida (Cu2O) akibat adanya reaksi reduksi oksidasi
(redoks), gugus aldehid pada glukosa akan mereduksi ion tembaga (II) menjadi
tembaga (I) oksida. Karena larutan bersifat basa, maka aldehid dengan
sendirinya teroksidasi menjadi sebuah garam dari asam karboksilat yang sesuai.
Persamaan untuk reaksi-reaksi ini selalu disederhanakan untuk menghindari
keharusan menuliskan ion tartrat atau sitrat pada kompleks tembaga dalam rumus
struktur.
7.
Alat dan Bahan :
a. Alat : b. Bahan :
-
Kompor listrik -
Jeruk
-
Gelas kimia -
Larutan Fehling 1 (CuSO4)
-
Gelas arloji -
Larutan Fehling 2 (KOH dan Kna Tartrat)
-
Gelas ukur -
Akuades
-
Mortar -
HCl pekat
-
Labu seukuran -
Bromthymol blue (BTB) 2%
-
Buret dan klem buret -
Na2CO3 10%
-
Erlenmeyer -
Methylen blue (MB) 2%
- Pipet tetes
- Pipet
volumetrik
- Red ball
- Corong
- Kertas saring
- Batang pengaduk
8.
Prosedur Praktikum :
a. Timbang dengan teliti 5 gr bahan, haluskan
dengan mortar.
b. Tambahkan akuades 50 ml, masukkan ke dalam
erlenmeyer, kemudian tambahkan 2 ml HCl pekat, aduk hingga homogen.
c. Panaskan dalam kompor selama 15 menit,
dinginkan. Tambahkan indikator bromthymol blue 3 tetes.
d. Netralkan dengan menambah Na2CO3
10% smpai larutan berwarna kehijauan.
e. Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu
seukuran 250 ml. Tambahkan H2O sampai tanda batas.
f.
Kocok sampai
homogen kemudian disaring, filtrat ditampung.
g. Masukkan 5 ml tepat larutan fehling 1 dan 5 ml
larutan fehling 2 dalam erlenmeyer, kemudian kocok (homogenkan).
h. Masukkan filtrat bahan ke dalam buret.
i.
Tambahkan larutan
bahan 15 ml dari buret ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan fehling 1 dan
fehling 2. Panaskan sampai mendidih.
j.
Tambahkan 3 tetes
methylen blue, jika terbentuk warna biru, titrasi dalam keadaan mendidih sampai
warna biru hilang.
9.
Hasil Perhitungan :
= 6,71
%
10.
Pembahasan Hasil :
Dari hasil
praktikum, penentuan kadar gula pereduksi dengan metode Lane-Eynon dapat
diketahui setelah fehling 1 dan fehling 2 dan larutan bahan (jeruk) ditambahkan
indikator methylen blue. Jika pada erlenmeyer terbentuk warna biru, maka larutan
harus dititrasi kembali dengan larutan bahan (jeruk) dalam keadaan mendidih. Titrasi
dilanjutkan sampai warna biru pada larutan hilang. Tetapi jika warna larutan
tetap hijau setelah ditambahkan methylen blue, maka titrasi tidak perlu
dilakukan. Hal itu dapat terjadi karena gula sudah mereduksi cupro (Cu2+).
Dari hasil praktikum yang kami lakukan, larutan bahan (jeruk) tetap berwarna
hijau setelah ditambahkan methylen blu sehingga tidak perlu dititrasi lagi.
Berarti gula pada jeruk sudah mereduksi cupro dalam keadaaan basa. Hasil
perhitungan gula pereduksi pada air jeruk dengan menggunakan tabel reducing sugar yaitu sebesar 6,71 %.
11.
Kesimpulan :
Dari hasil
praktikum diketahui bahwa pada jeruk terdapat kandungan gula pereduksi. Tetapi,
pada metode hidrolisa ini, larutan jeruk tidak perlu dititrasi lagi. Gula sudah
mereduksi cupro (Cu2+) dalam keadaan alkali. Dan didapatkan
kandungan gula pereduksi pada jeruk sebesar 6,71 %.
12.
Daftar Pustaka :
Hasil perhitungan tau tau nongol angka. Rumus nya mana ya?
ReplyDeleteHasil perhitungan tau tau nongol angka. Rumus nya mana ya?
ReplyDelete